Oleh : Atep Afia Hidayat -
Jika kita mengenang kembali kondisi Jawa ketika masih berstatus pulau agraris, tentu amat berlainan. Warna hijau pesawahan serta hutan dan beningnya air sungai dan pantai kini sudah mengalami perubahan drastis. Industrialisasi menyebabkan kondisi ekologis Jawa mengalami degradasi. Jawa memang telah mengalami metamorfosa.
Industrialisasi menyebabkan berbagai dampak. Selain dampak ekologis, dampak lainya ialah tehadap sosial budaya masyarakat. Industrialisasi menyebabkan terjadinya transformasi sosial budaya, yakni dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Hal ini tak lain karena tuntutan keadaan, yang bertumpuh pada tujuan efensiensi. Bagaimanapun, luas lahan pertanian (pangan, holtikultura, perkebunan, perternakan, perikanan darat) di Pulau Jawa tak mengalami penambahan, bahkan sebaliknya menyusut karena adanya konversi menjadi lahan industri, pemukiman atau tata guna lainya.
Jumlah penduduk yang mendiami Pulau Jawa terus bertambah. Jika pada tahun 1970 masih sekitar 75 juta jiwa, maka berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, dari 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia, 136,6 juta di antaranya atau 57,5 persen, tinggal di Pulau Jawa.
Kondisi penduduk yang padat menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap lahan makin tinggi. Persoalannya bagaimana agar penggunaan lahan benar-benar efesien, artinya dalam area tersebut bisa menyediakan lahan pekerjaan bagi penduduk usia kerja.
Sebagai contoh, jika dalam satu hektar lahan pertaniaan hanya diperlukan 10 hingga 20 tenaga kerja, jelas kurang efesien. Padahal pada kawasan industri seluas satu hektar bisa menampung ribuan tenaga kerja.
Itulah salah satu alasan, kenapa Jawa menjadi bermetamorfosis menjadi pulau industri. Selain itu sektor industri memiliki nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan pertanian.
Dampak eksternal dan internal proses industrialisasi tentu saja tak sedikit, amat komleks, baik yang bersifat positif seperti terjadinya perbaikan ekonomi masyarakat sekitarnya, peningkatan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, pengembangan potensi daerah dan sebagainya.
Dampak yang negatif yaitu terjadinya degredasi kualitas lingkungan. Sebenarnya hal tersebut tak perlu terjadi jika para industriawan dan aparat pemerintahan (pusat atau daerah) sama-sama bertekad untuk memelihara sistem keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
Jawa yang industrialis bisa tetap hijau, asalkan segenap pihak berupaya untuk menghijaukanya. Pencemaran memang tidak dapat dielakkan, asalkan jangan sampai melampaui ambang batas yang ditetapkan.
Untuk itu memang diperlukan komitmen bersama yang melibatkan semua pihak, mulai dari pengusaha, pemerintah dan masyarakat luas, untuk sama-sama menerapkan clean and green industry serta clean and green technology di Pulau Jawa. (Atep Afia).
Sumber Gambar : http://sustainablefutureplus.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H