Lihat ke Halaman Asli

Stres Memicu Obesitas

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12988074451000171257

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Stres bisa menimpa siapa saja, laki-laki-perempuan, tua-muda, kaya-miskin. Menurut catatan Mayo Clinic, stres merupakan reaksi psikologis dan fisik normal terhadap tuntutan kehidupan. Otak manusia dilengkapi sistem alarm untuk melindungi diri dari beragam ancaman. Sistem dalam otak tersebut mampu mendeteksi ancaman, sehingga memicu tubuh untuk melepaskan hormon tertentu untuk meredam gejala stres. Pada saat ancaman itu mereda atau hilang, kondisi tubuh akan kembali seperti sediakala. Namun dengan semakin buruknya kondisi lingkungan dan pengelolaan diri yang kurang baik, maka sistem alarm bekerja tidak akurat lagi.

Dalam hal ini dikenal konsep yang dinamakan manajemen stress. Melalui manajemen stres sistem alarm yang dimiliki dikonsevasi, ditata-ulang, sehingga bekerja lebih akurat lagi. Jika manajemen stres tidak diterapkan, maka kondisi tubuh menjadi tidak jelas, apakah sedang dalam tekanan stres atau tidak. Hal itu karena sinyal dari otak tidak bias direspons lagi, atau sinyalnya sendiri sudah tidak akurat.Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut maka timbulah persoalan kesehatan yang serius. Oleh sebab itu, pelajarilah manajemen stress.

Ketika tekanan stres melanda seseorang, hal yang terjadi bisa berupa gangguan kebiasaan makan. Seorang menjadi lebih sulit untuk menerapkan pola makan yang sehat dalam kehidupannya. Dalam kondisi tingkat stress tertentu, diperlukan asupan untuk memenuhi kebutuhan emosional. Edward T. Creagan, MD, seorang Onkologi dari Mayo Clinic, mengistilahkannya dengan “makan stress”. Dalam hal ini penderita stres cenderung untuk mengkonsumsi makanan berkalori tinggi, bahkan pada saat kondisi tidak lapar.

Dengan kata lain, pada kondisi tertentu stres bisa memicu dan memacu keinginan untuk makan secara berlebihan, sehingga tidak menghiraukan lagi dampak kelebihan berat badan, bahkan obesitas yang bakal dialami. Pada kondisi yang demikian, diperlukan teknik-teknik manajemen stress untuk mengendalikan kenaikan berat badan, sebagaimana dianjurkan oleh Edward T. Creagan, MD :

1. Kenali tanda-tanda peringatan stres, seperti kecemasan, mudah tersinggung dan ketegangan otot.

2. Sebelum makan, tanyakan pada diri sendiri mengapa Anda makan - apakah Anda benar-benar lapar atau apakah anda merasa stres atau cemas?

3. Jika Anda tergoda untuk makan saat Anda tidak lapar, cari pengalih perhatian.

4. Jangan melewatkan makan, khususnya sarapan.

5. Mencatat perilaku dan kebiasaan makan sehingga Anda dapat mencari pola dan hubungan - dan kemudian mengatasinya.

6. Pelajari keterampilan pemecahan masalah sehingga Anda dapat mengantisipasi tantangan dan mengatasi kemunduran.

7. Lakukan relaksasi, seperti yoga, pijat atau meditasi.

8. Selalu beraktivitas fisik secara teratur atau berolahraga.

9. Biasakan tidur cukup dan teratur.

10. Dapatkan dorongan dan dukungan dari teman-teman dan keluarga.

Namun jika Anda telah mencoba teknik-teknik manajemen stress tersebut secara mandiri, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka carilah bantuan profesional melalui psikoterapi atau konseling. Ternyata manajemen stress begitu penting, termasuk jika gejala stress itu ditandai dengan keinginan makan yang berlebihan, yang diduga bisa menimbulkan kenaikan berat badan secara berlebihan atau obesitas. (Atep Afia, Sumber : www.mayoclinic.com).

Sumber Gambar:

www.biangkeladi.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline