Lihat ke Halaman Asli

Esensi Segi Manusia

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12972757381138939970

Oleh : Atep Afia Hidayat - Pengertian manusia teramat kompleks dan rumit. Apakah menyangkut fisik dan aspek visualisasinya, atau mengenai ide, spirit dan karakternya. Manusia merupakan mahluk yang sangat dinamis, selalu dalam kondisi yang labil, fleksibel dan cenderung inovatif. Sebagai bukti yang menunjukkan hal itu, yakni dalam setiap harinya selalu ada peristiwa dan berita tentang manusia, baik melalui media cetak, elektronik atau online. Manusia selalu membuat cerita dan berita, baik bersifat ceria atau derita. Lantas, kenapa manusia tidak pernah statis seperti mahluk lainnya ? Tak lain karena memiliki akal dan selera yang bangkit dari jiwa. Selera itu membangkitkan berbagai hasrat manusia untuk makin menunjukkan kemanusiaannya. Tetapi seringkali upaya tersebut menympang dari konsep dan realita yang sesungguhnya. Sehingga dalam pembuktiannya itu terjadi salah kaprah, bahkan degradasi. Terjadi pembuktian kearah yang non manusiawi. Perilaku manusia bisa bersifat antara a-z, dinamis dan bervariasi. Sejarah mencatat, selain membangun peradaban, manusia juga kerap menghancurkan peradabannya sendiri. Degradasi etika dan moral kemanusiaan harus dihindari secara bersama-sama, baik melalui jalur formal atau non-formal. Dengan demikian upaya memasyarakatkan sadar moral dan sadar hukum dalam arti luas perlu didukung bersama. Manusia adalah mahluk berakal, oleh sebab itu tidak pernah statis dan tidak pernah berhenti berkreasi. Manusia selalu mencari cara untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Senantiasa mencari-cari sesuatu, yang tidak lain adalah segi ke-manusia-an-nya. Respon dan persepsi setiap orang sangat tergantung pada kekuatan, kemampuan dan kemapanan segi manusianya. Segi manusia dalam diri seseorang meliputi situasi dan kondisi akal serta kejiwaan. Manusia adalah apa yang menjadi aktifitas akal dan jiwanya. Produktivitas dan kreativitas akal serta jiwa akan menentukan situasi dan kondisi seseorang dalam kehidupannya, karena manusia yang harus berusaha dan Tuhan yang menentukan. Untuk meraih posisi yang baik dalam arena kehidupan, aspek kekuatan, kemampuan dan kemapanan segi manusia mutlak harus dimiliki. Jika tidak, maka seseorang akan terperosok ke posisi yang rendah, bahkan akan mengalami eksploitasi oleh manusia lainnya. Keunggulan segi manusia pada akhirnya akan memperkokoh bargaining power dalam kehidupan. Sehingga dalam menjalani langkah-langkah kehidupan akan memiliki lebih banyak ruang dan pilihan, sehingga lebih leluasa dan bergairah. Kehidupan menjadi relatif terbebas dari tekanan-tekanan subyektif yang bisa datang kapan saja. Keunggulan manusia terletak pada segi manusianya, terutama akal dan jiwa yang proaktif dan produktif. Dalam hal ini sering terjadi salah kaprah, di mana yang dianggap keunggulan manusia adalah aspek kekayaan materi dan kedudukan sosial. Hal ini merupakan penyesatan terhadap aspek segi manusia, karena hal itu dengan mudah bisa dijungkir-balikan. Sebagai contoh, bagaimana Sadam Husein yang memiliki kedudukan ekonomi dan sosial yang begitu tinggi bisa jatuh, bahkan mengakhiri hidupnya dengan dihukum mati. Begitu pula kisah tragis Ferdinand Marcos yang terusir dari negaranya. Sebenarnya banyak kisah kejatuhan manusia yang bersandar pada aspek di luar segi manusianya. Hal ini menjadi pembelajaran, jika seseorang bersandar pada aspek segi manusianya dengan selalu mengedepankan nilai-nilai mulia kemanusiaan, maka dia tidak akan pernah jatuh. (Atep Afia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline