Lihat ke Halaman Asli

Mengurai Benang Kusut Kehidupan

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh :Atep Afia Hidayat

Rumit, jelimet, susah, sukar, sulit, ribet, dan kata-kata sempit serta terpojok lainnya, mencerminkan kondisi yang bisa dihadapi setiap orang. Kehidupan memang penuh dinamika, setiap orang bisa terjerumus dan terjepit dalam situasi dan kondisi yang menyesakkan. Ya, kesempitan hidup siap menghampiri siapapun, begitu pula kelapangan hidup. Keduanya bagaikan koin dengan dua sisi, peluangnya 50 : 50.

Bersiaplah terjebak dalam kesukaran yang luar biasa, yang datang tanpa diduga sebelumnya. Tiba-tiba saja, dunia seakan berubah, dari lapang menjadi sempit, dari terang menjadi gelap, dari ramai menjadi sepi, perubahan drastis, seratus delapan puluh derajat. Itulah perjalanan hidup, itulah bagian dari episode yang harus dilalui.

Kehidupan tidak selalu indah dan bahagia. Ada kalanya benang kusut datang menghampiri, begitu sulit diurai dan dicari ujung pangkalnya. Bahkan yang mana ujung dan yang mana pangkal, sudah tidak jelas. Nasib kelabu siap menyelimuti siapa saja, tanpa pandang bulu. Nasib kelabu bisa jadi karena ulah diri sendiri, karena tidak ada tujuan pencapaian hidup, karena tidak menggunakan pedoman hidup, karena tidak berkonsentrasi dalam perjuangan hidup, karena menganggap arena kehidupan bagaikan air mengalir. Ya, kehidupan begitu dinamis, penuh misteri dan rahasia. Sedetik kemudian apa yang akan terjadi, tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti. Termasuk ketika terjerat benang kusut.

Lantas, bagaimana cara mengurai benang kusut tersebut ? Memang tidak mudah, pertama tergantung pada kesiapan pribadi yang bersangkutan, dan kedua tergantung pada jenis benang kusut. Setiap orang memiliki tingkat kemampuan tertentu dalam mengurai benang kusut. Masa perjalanan hidup seseorang diwarnai dengan tempaan demi tempaan dalam menyelesaikan persoalan hidup. Namun terntu saja dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda. Ada yang kerap didera cobaan hidup, sehingga menumbuhkannya jadi pribadi yang kuat. Ada yang kerap didera cobaan hidup, namun menjadikannya jatuh terkulai, bahkan tak berkutik. Banyak juga yang jarang didera cobaan hidup sehingga miskin pengalaman dalam menyelesaikan cobaan hidup atau benang kusut.

Jam terbang jelas sangat berpengaruh dalam kematangan pribadi seseorang dalam menuntaskan benang kusut kehidupan. Upaya mengurai benang kusut, jelas harus diawali dengan pikiran dan hati yang jernih. Langkah selanjutnya ialah melihat persoalan hidup secara obyektif dan adil. Berikutnya, mengedepankan paradigma bahwa di balik setiap kesulitan "pasti" ada kemudahan. Namun untuk meraih kemudahan dari kesulitan itu, tentu harus dengan upaya yang sungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta dan Pengelola Kehidupan, Allah SWT. Ya, bagaimanapun, tidak ada dan upaya, kecuali atas pertolonganNya. Manusia berupaya, Tuhan yang menentukan. Apapun ragam benang kusut yang menimpa, hakikatnya adalah bentuk cobaan untuk menguji sampai sebatas mana kedekatan denganNya. (Atep Afia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline