Lihat ke Halaman Asli

70 Juta Orang Indonesia Hidup di Tengah Limbahnya

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Hidup sehat ternyata tidak mudah. Saat ini masih 70 juta orang di Indonesia yang menjalani kehidupan dengan sanitasi buruk. Menurut catatan Wikipedia, sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

Dengan demikian, sekitar 70 juta orang masih terkontaminasi secara langsung oleh kotoran dan bahan buangan. Antara lain berupa 14 ribu ton tinja per hari dan 176 ribu urine per hari yang belum dikelola dengan baik. Seluruh limbah asal manusia tersebut secara langsung mencemari 75 persen sungai yang ada.

Pencemaran sungai menyebabkan sumberdaya air menjadi rusak. Harga air untuk kebutuhan sehari-hari pun menjadi mahal, berdasarkan laporan Kompas (9 Desember 2009), masyarakat harus membayar rata-rata 27 persen lebih mahal untuk air bersih perpipaan.

Budaya hidup bersih dan budaya hemat air bersinggungan secara langsung. Pemakain air untuk kebutuhan sehar-hari masih terhitung sangat boros. Sebagai contoh, toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Perlu diteliti dan dikembangkan bentuk toilet yang hemat air, tetapi tetap menjamin kebersihan penggunanya.

Akibat sanitasi yang buruk terungkap, dari setiap 1.000 bayi yang lahir, hampir 50 orang di antaranya meninggal karena diare sebelum usia 5 tahun. Ternyata 94 persen kasus diare disumbang oleh faktor lingkungan terkait dengan konsumsi air yang tidak sehat dan buruknya sanitasi. Selain diare, sanitasi yang buruk menyebabkan penyakit kulit dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Demikian menurut Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, pada Konferensi Sanitasi Nasional 2009, Selasa, 8 Desember 2009 di Jakarta.

Bahaya kotoran dan bahan buangan berbahaya, bisa menimbulkan kontaminasi fisik, kimia dan mikrobiologi bagi orang-orang di sekitarnya. Selain itu juga menyebabkan kualitas lingkungan mengalami degradasi. Tingkat sanitasi yang buruk secara langsung menempatkan Indonesia pada urutan ke-41 dari 102 negara berkembang di dunia dalam nilai Human Development Index (HDI).

Selanjutnya Wikipedia menyebutkan, bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian.

Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktek kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).

Menurut Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembanguanan Nasional, Armida Alisjahbana (dalam Kompas, 9 Desember 2009), pemerintah telah merancang program percepatan pembangunan sanitasi perkotaan, yang akan dijalankan pada periode 2010-2014. Agar program ini dapat berjalan efektif, dibutuhkan dukungan nyata yang terintegrasi dari berbagai sektor terkait kalangan pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.

Kemiskinan, kesehatan yang buruk, sanitasi yang terabaikan, menjadi bagian keseharian dari sebagian masyarakat Indonesia. Penanganannya jelas tidak mudah, dibutuhkan keseriusan dan program yang terpadu. Tentu saja diawali dengan pengentasan kemiskinan. Langkah apapun untuk memperbaiki kualitas lingkungan, kesehatan dan sanitasi tidak akan berpengaruh nyata kalau kondisi kemiskinan masih diabaikan. (Atep Afia)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline