Ada yang yang menulis artikel tentang pengelolaan sampah, yang baik, di negeri orang.
Pengelolaan sampah di negeri ini belum bisa dibandingkan dengan negeri lain, disini masih bermasalah.
Di kota terbesar indonesia, metropolitan katanya, cara penanganan sampahnya masih kayak puluhan tahun lalu, kata banyak orang masih kuno.
Pengelolaan sampah disini berawal dari rumah tangga, kebanyakan sisa bahan makanan dan kemasan dapur yang tidak terpakai, dimasukkan kedalam tas plastik, kemudian diletakkan di depan rumah atau dimasukkan kedalam ember sampah. Setiap hari ada gerobak reot lewat, ditarik oleh pekerja non formal, yang umumnya sudah tua, yang memindahkan sampah2 ini ke dalam gerobaknya. Ada yang memberikan uang tip, umumnya para ibu, tidak banyak.
Selanjutnya sampah dalam gerobak ditarik seorang diri, dibawa ke pangkalan sampah, suatu lokasi dipinggir jalan, untuk dipindahkan ke truk pengangkut, biasanya pagi sekali. Proses pemindahan dilakukan dengan cara sederhana, yakni sampah dituang ke jalanan atau trotoar, berserakan, kemudian dikorek-korek pakai tangan, dicari barang bekas yang bisa dijual untuk daur ulang. Kemudian sampah sisa pilihan diangkat, dimasukkan kedalam truk. Selesai sudah? belum, para pekerja sampah non formal ini urunan memberikan uang rokok pada pengemudi, mereka memberi subsidi.
Setelah truk penuh, kemudian berjalan pergi, pekerja sampah membersihkan jalanan sekedarnya, kemudian bubar.
Selesai? Tidak!
Di jalanan/trotoar tertinggal sisa sampah padat dan cair, yang sangat tidak enak dilihat, juga menyebarkan bau menyengat. Miris, dilingkungan perkantoran kok seperti itu.
Pejalan kaki dan pengendara motor yang lewat menutup hidung, berjalan menghindar, tanpa disadari mereka berjalan ketengah jalan, Berbahaya! Bisa tersambar kendaraan yang melintas cepat. Siapa peduli ?
Kesan kotor dan bau tidak saja tertanam pada penghuni dan pejalan, tetapi juga pada para tamu-tamu yang datang mengunjungi salah satu kantor disini, mereka berasal dari seluruh Indonesia dan dari Luar Negeri. Miris
(bisa disaksikan di jalan kramat sentiong, pusat jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H