Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Tembak di Tempat

Diperbarui: 15 Oktober 2020   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aten Dhey

Dua jendela kamar kamu biarkan terbuka. Beberapa ekor nyamuk masuk mencubui kulitmu. Sesekali kedua telapak tanganmu menghabisinya. Kamu bahagia saat nyamuk itu mati di antara kedua tanganmu.

Waktu pukul 23.00. Udara mulai dingin. Terdengar suara kodok selepas hujan. Matamu tak dapat menahan kantuk. Kamu bangkit dari kursi belajar. Beberapa pakaian di atas kasur dilipat seadanya dan disimpan dalam lemari. Kamu merebahkan badan. Semua rasa capai sirna.

Bantal terasa empuk sekali. Spon dan kair spon sangat lembut. Matamu terganggu saat menatap keluar jendela. Cahaya lampu di sebuah kampus terlihat sangat indah. Lampu di beberapa ruang kuliah dihidupkan. Ada beberapa ruangan gelap.

Di tengah malam telingamu mampu menangkap suara apapun. Terdengar suara air yang menetes di ember penampung. Suara langkah kaki menggetarkan lantai. Seekor anjing di luar pagar terus menggonggong. Bunyi suara mobil terdengar samar-samar.

Kamu merasa terberkati. Perjalanan hidup hari ini sungguh indah dan bermanfaat bagi sesama. Banyak pekerjaan yang kamu selesaikan. Hal inilah yang membuatmu capai dan mengantuk.

"Terima kasih untuk semuanya," ungkapmu selepas berdoa.

***

Waktu terus berputar. Pagi menjemput dan tiba pada pukul 02.38. Seekor anjing berlari mengitari rumah. Tampak dia sedang mengejar sesuatu. Suara langkah kaki mengagetkanmu. Beberapa kali anjing mengitari rumah.

" Halo! Siapa di luar?" kamu berteriakmu.

"Tolong! Tolong saya!" teriak seorang minta tolong.

"Siapa kamu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline