Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Wanita Pendarahan

Diperbarui: 13 Juni 2019   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Malam mengoyak jiwa. Dingin mengikungi hati. Dalam keheningan batin, darah merontah. Membeludak menuju pori-pori. Keringat bercucuran mengitari wajah rentah.

Di sela napas raga tersiksa. Menyusuri lorong gelap langkah terkapar. Berteriak tak ada yang mendengar. Menangis banyak yang masa bodoh. Pikiran mengoroti hidup. Mungkin sudah saatnya.

Perut tua semakin membengkak. Gejolak hidup terus bergerak. Mencari pintu rahim tuk keluar. Di selangkangan darah mengalir. Larut dalam luka dan liku kehidupan. Dia sedang mencari jalan kehidupan.

Air ketubannya pecah. Membungkah ke cakrawala tak berumput. Debu beterbangan. Aroma amis membising ke udara. Di atas harapan penuh derita langit terus menjamah. Malam berteriak minta tolong. Cepat tarik napasmu sekali lagi.

Keringat memuntahkan air asin. Jemari mengekang perjuangan. Jangan berhenti sebelum dia jatuh ke bumi. Di atas daun kering hidup bermunculan. Kaki dari bocah polos. Darah dari rahim wanita. Tanah kering menadah asa. Hidup kian terasa. 

Masih setengah badan. Hidup masih di mulut rahim. Tangannya mulai bergerak. Udara dingin mengganggu kulit tipis. Tali pusar masih dalam rahim. Desahan minta tolong pada alam menyuara penuh duka. Perjuangan penuh misteri di atas materi tak bernilai. 

Sejengkal tangan dia terbebas. Rahim tak mau ditinggal kosong. Dia masih saja menjamah jumbai kulit bocah. Perpisahan akhirnya tercipta. Sembilan bulan sepuluh hari cukup menyakitkan. Reuni cinta hidup dan hati terus terjalin. Kini mereka terpisah saat ketuban pecah dan darah mengalir di selangkangan.

Suara tangis mengalir dari dua hati. Tangisan rahim merindu cinta. Bayi bersuara dalam tangis tak bermakna. Hidup itu kejam sejak sedetik engkau berpisah dari rahim. Tangis rahim adalah berkat untuk hidup.

Katupan tangan dalam pelukan cinta menghapus gelap malam. Embun-embun jatuh di kulit bau rahim. Detak jantung wanita memberi hidup. Pelukan kasihnya makna seribu bahasa. Rahim berbisik. Wanitaku kutunggu hidup sembilan bulan sepuluh hari lagi. Wanita tersenyum. Aku siap menjadi wanita pendarahan lagi jika itu maumu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline