Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Puisi | Berhentilah Membuatku Rindu

Diperbarui: 17 Mei 2019   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Sayang, aku tahu rindu tak selamanya milik sang malam. Siang pun harus mengalah saat hati terasa kosong. Apa daya sore menjemput. Di senja tak bertuan, gelisah mulai merona. Terkikis oleh warna merah di pelupuk malam tempat dia meninggalkan terang. Terbang dari hati menuju pelabuan cinta. Berharap ada yang bisa memberi harap pada rindu.

Sayang, sekian ratus tanya bertautan. Ke arah mana hati kan berlangkah. Mencari pintu tuk kembali ke bilik cinta. Napas tak lagi berirama kala hati semakin pilu. Berteriak dalam diam. Berbicara penuh gagap. Melihat dalam kekosongan. Andaikan rindu punya batas waktu, izinkanku tuk berhenti sejenak. Aku tahu rindu itu cinta yang diungkapkan dalam tangisan tak berair mata.

Sayang, berhentilah membuatku rindu. Cintamu membuatku merasakan cinta yang sempurna. Aku pernah melihatmu tertawa. Tangismu juga pernah kurasakan. Sulit bagiku lepas dari kerinduan ini. Cintamu begitu kuat menabrak seluruh jiwa dan ragaku. Aku paham katamu bahwa engkau hanya memilikiku dalam rasa. 

Sayang, sampai kapan engkau menjadi miliki selamanya. Biarlah rindu yang mengatakannya. Bahasa rindu sulit kupahami. Aku terlempar menjadi manusia rindu yang tak tahu siapa aku sesungguhnya. Rindu membuatku buta seribu cara. Aku lupa bagaimana harus memulai hidup jika kau tak ada. Jalan manakah yang kan kutempuh, jika tak ada arah yang tepat. Aku hanya berharap pada rindumu. Untuk itu berhentilah membuatku rindu karena aku butuh kesungguhan cinta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline