Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Puisi | Perempuan Pemilik Malamku

Diperbarui: 15 Maret 2019   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Perempuan Pemilik Malamku:
Remang-remang pada tubuh Dari malam hingga subuhHasrat ingin bersua Risahlah hati tak jua // 
Engkau datang pada malam Mengadu masa silam Jalan-jalan kau lewati Jajan diri tak berhati //
Selembar doa dari Tuhan Dibaca malam gelapTuk hidup yang lelapHarap kan bertahan //
Bunga pelataran jejak kakimuPetik semua impianmuKembali pada rahim hidupDoakan dia yang telah redup // 
Mata menangis siapa dirimuCinta tak sudi anak darah Didera lalu dijarahDi jalan malam semu // 
Doa dari pembajakSesal peluh bersajakMusim pilu penuh deritaDalam waktu yang tersita
Anyam tikar daun lontarJejak tangan lelaki kampung Jangan lagi berputarDalam hidup yang tak rampung // Sirih berlabu di bibirKapur berlebur di bibirPinang bertabur di bibirTembakau bertebar di bibir // Berpijaklah di balik tanah moyangmu Basuh peluh hitam di bening hidupmuRindu panggil melumuri tubuhmu Berharap memeluk bunga hatimu //
Kembalilah pada alam Tempat engkau merangkakAbaikan mulut yang mengakakPerempuanku pemilik malam //
Yogyakarta, 15 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline