Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Ketika Media Komunikasi Ditelanjangi demi Sebuah Kepentingan

Diperbarui: 8 Maret 2019   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Pesta puncak demokrasi bangsa Indonesia akan berlangsung 17 April 2019. Namun, perang demokrasi sudah berlangsung lama. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden menjadi fokus utama. Pikiran masyarakat kita diseret dalam persaingan politik antara dua paslon yang bertarung memperebut kursi nomor satu di negeri ini.

Saat mendekati hari-H banyak strategi dirancang, dibangun, disusun oleh masing-masing tim sukses. Berbagai berita beredar di linimasa ruang publik kita. Banyak debat dipertontonkan guna menunjukkan kepada publik kualitas calon yang mereka usung.

Telah beredar entah di media cetak maupun media online berbagai aspirasi yang bertujuan menarik hati pemilih. Masyarakat menjadi fokus perhatian para tim sukses. Banyak berita diposting demi menggunggat khalayak ramai. Berita bohong pun tidak luput dari jari tangan si pembuat berita. Konsekuensinya, masyarakat dibuat migran sehingga mereka tidak mampu mengkritisi berita yang beredar.

Dalam pesta demokrasi, media komunikasi memiliki pengaruh yang sangat besar. Berkat media komunikasi modern, dunia ini bagaikan sebuah desa dunia. Dalam satu desa dunia ini terdapat sedikitnya sembilan peradaban besar: peradaban Barat, peradaban Amerika Latin, Peradaban Afrika, peradaban Islam, Peradaban Cina, peradaban Hindu, peradaban Ortodoks, peradaban Buddha, dan peradaban Jepang (Y.I. Iswarahadi, 35).

Terlepas dari desa dunia, bangsa Indonesia saat ini, berkat media bisa dijangkau dalam sekejap. Memang masih ada beberapa daerah yang belum tersentuh media komunikasi. Namun, jika melihat fungsinya masyarakat sudah sangat menikmati keberadaan media komunikasi ini. Tidak butuh banyak uang atau waktu untuk mengunjungi pelosok-pelosok di negeri ini. Media mampu menjadi sarana untuk menyatukan semuanya.

Perlu disadari bahwa media komunikasi telah membangun sebuah budaya yang berguna bagi kehidupan. Namun, ada juga beberapa persoalan komunikasi yang penting dewasa ini yang muncul ketika orang salah menggunakannya. Pada dasarnya media dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Media membantu mengomunikasikan informasi atau berita kepada banyak orang.

Namun, karena menjadi tuan atas media, manusia sering salah menggunakan media. Adanya media dipakai untuk menyebarkan berita-berita bohong dan saran untuk menjatuhkan manusia lain. Hal ini tampak dalam dunia kita saat ini.

Sejauh diamati, saat ini media komunikasi selalu ditelanjangi tanpa sebuah fakta kebenaran dalam dirinya. Semua orang mudah mengakses dan menyebarkan informasi. Kemudahan ini tidak memberi hal baik tetapi memberi dampak negatif yang merusak pola pikir seseorang. Orang mampu menyebarkan berita tanpa data yang sungguh-sungguh benar.

Tujuan dasar komunikasi adalah merangkul segala yang berbeda-beda ke dalam satu keserasihan. Hal ini bertujuan demi suatu kebaikan bersama. Secara umum tujuan komunikasi adalah perubahan pendapat, perubahan sikap, perubahan perilaku, dan perubahan sosial. Sayangnya, defenisi komunikasi yang indah ini hilang saat orang mudah memanipulasi sebuah berita.

Manipulasi berita paling nyata muncul saat sebuah informasi yang benar tunduk pada jari-jemari yang sibuk merekah ulang menjadi berita bohong. Nah, ketika sebuah berita bohong beredar, dengan apakah kita meredamnya?

Sebagai manusia yang bermedia, setiap orang dituntut untuk berpikir kritis. Saat menghadapi sebuah berita perlu diragukan kebenarannya. Untuk itu, berita yang diterima entah benar atau bohong jangan mudah dihapus. Ketika kita tahu bahwa berita yang beredar itu bohong dan cepat menghapusnya, secara tidak langsung kita mendukung berita-berita tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline