Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Sahabat Rambutan

Diperbarui: 18 Februari 2019   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Dua sahabat berjalan di sebuah hutan. Ketika sedang asyik menyusuri, tibalah mereka di sebuah pohon rambutan. Pohon rambutan berbuah cukup banyak. Sambil beristirahat mereka menikmatinya.

Satu hal yang menarik dari pohon rambutan adalah buahnya yang memiliki dua warna. Di ranting paling atas terdapat buah berwarna merah. Namun, untuk menjangkaunya perlu perjuangan yang besar. Banyak semut mengelilinya. Ranting paling bawah berwarna kuning. Tidak sulit bagi siapa saja yang mau memetiknya. Di sana tidak ada semut.

Seorang teman menikmati buah rambutan berwarna kuning. Ketertarikannya bukan karena rasa. Dia lebih memilih kemudahan untuk memetik buah tersebut. Kemudahan dalam memetik buah tidak semanis rasanya. Rambutan berwarna kuning terasa sangat kecut. Untuk menghabiskan sebiji rambutan butuh seribu ekspresi. Meskipun mudah dijangkau tidak banyak buah yang dinikmati.

Seorang teman yang lain berjuang untuk menikmati rambutan berwarna merah. Banyak cara dipakai untuk memetik buah tersebut. Dia harus berjibaku melawan semut yang terus menyerangnya. keganasan semut semakin menggila saat pohon ranting kebanggaan mereka diganggu. 

Anak yang berjuang mendapatkan rambutan melangkahi puluhan sarang semut. Ribuan semut mengepungnya. Ribuan titik bengkak mengecat di tubuhnya. Dalam hati dia berkeyakinan apa yang dialami hanya sementara. Ketika berada di atas pohon, semut bisa menguasainya. Saat turun dia pasti akan merasa aman. Perjuangannya tidak sia-sia. Banyak rambutan manis diperoleh. Dia bisa menikmati kesakitan. Di balik perjuangan yang berat pasti ada jalan untuk merasakan kenikmatan.

Setelah menikmati rambutan kedua sahabat ini kembali melanjutkan perjalanan. Sahabat yang menikmati rambutan berwarna kuning tetap merasa lapar. Sedangkan, sahabat lainnya memperoleh kekuatan yang lebih melalui rambutan yang manis.

Petualangan keduanya tetap indah. Tapi sayang sahabat yang memilih ranting dengan buah berwarna kuning tidak mampu mendaki bukit terakhir. Dia kehabisan tenaga. Dengan penuh keterbukaan dia mendorong sahabatnya untuk terus melanjutkan perjalanan sampai akhir.
 
Satu pesannya "Gapailah impian dengan sebuah perjuangan. Rasa sakit adalah bagian dari jalan menuju kebahagiaan."

Salam, PEACE WAELENGGA
Yogyakarta, 17 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline