Malam ini aku bertengger dalam sebuah kegelisahan. Rosario kudusku jatuh di tangan seorang gadis suci berjilbab. Kuharap dia mengerti arti salib dan butiran-butiran rosario di tangannya. Saat kuberikan kepadanya dia memandang dalam seolah mengerti iman di balik rosario itu. Aku sadar dia sedang menggenggam kegelisahan yang sama.
Dia khusyuk dalam doa. Rosario melingkar indah di tangannya. Aku menatap dalam kegelisahan. Dia mengerti betapa berharganya rosario bagiku. Aku sadar sebuah profesi mampu menembus berbagai tembok pembatas. Berakting sebagai seorang pemilik rosario adalah momen ke sekian dari seribu satu adegan. Semua tempat ibadah telah dilalui. Satu dalam keberagaman terbungkus rapi dalam jilbab sucinya.
Aku bangga pada gadis suci berjilbab. Selama ini aku takut masuk dalam dunia orang lain. Aku takut keutuhanku sebagai seorang pendaras doa rosario hilang seketika. Sesungguhnya mencintai realitas keberagaman adalah cara yang nyata dalam rosario kudus. Gadis suci berjilbab membuka hatiku mencintai rosario tanpa menutup diri dari orang lain. Dia mencintai jilbab suci dalam sebuah keterbukaan hati kepada yang lain.
Rosario kudus kugenggam malam ini. Sebuah peradaban kasih tersingkap dalam hidupku. Semua berkat gadis suci berjilbab. Melalui rosario ini aku berdoa untuknya. Semoga jejak langkahnya menghapus semua sekat perbedaan yang ada dalam hidup ini. Kudoakan peristiwa gembira untukmu gadis suci berjilbabku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H