Cinta adalah cara terbaik menempatkan diri di sudut terindah dari alam semesta. Di sana alam mampu membuka dirinya untuk menerima setiap untaian rindu. Jika alam tahu betapa dalamnya cinta ini mungkin dia tersenyum melihat jejak kakiku yang selalu mengejarnya. Alam mungkin menikmati cintaku sekadar dalam tatapan. Tapi aku jungkir balik dan jatuh bangun mengejarnya.
Aku protes kepada alam. Mengapa dia memberi ruang pada malam. Aku menanti dengan seribu kesepian ketika malam tiba. Doa kudaraskan pada Tuhan. Berharap malam lama tiba dan cepat berlalu. Malam selalu gelap mengikis rinai rindu terdalam di mata hati ini. Aku kuat karena cintaku buta di malam hari. Angin malam tak pernah mampu menyingkapkan semua cinta yang mekar di malam.
Burung layang-layang terbang mengitari setiap ruang di hati ini. Berharap dia mendengar deru gelora hatiku. Bersama jengkrik kuratapi malam sunyi. Berharap ada sinar menerangi gelap. Namun, hingga detik ini tak ada tanda-tanda nyata darinya. Aku mengarungi malam ini dengan hati yang merindu. Meski kutahu rindu itu berat. Rindu lebih luas dari daun kelor. Rindu luas sejauh rasa pengertian cinta ini memenjarakan ego tuk jauh dari cinta.
Malam mendengar kata hatiku. Dia meratapinya. Aku tahu saat hujan membasahi bumi. Tangisan bumi menyejukkan hatiku. Dia membagi rasa dalam rindu yang sama. Seketika itu juga aku basah dalam rasa kangen yang menenggelamkan. Bisikan awan hilang memberi ruang rindu untuk bertahan. Tampak sinar bintang dan bulan memerintah dekor hatiku. Bunyik kodok malam memberi instrumen penghangat hati. Malam kutitipkan surat ini berharap kau mengerti isi hatiku.
***
Salam, PEACE WAELENGGA
Yogyakarta, 04 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H