Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Ah, Mimpi

Diperbarui: 14 Januari 2019   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Malam itu setelah  membaca dokumen Amoris Laetetiae, Aku mencari inpirasi dalam keletihan. Badan yang lemah memaksaku untuk beristirahat sejenak. Aku membentangkan sebuah tikar di lantai kamar dan berbaring di atasnya. Rasa kantuk yang berat menindasku untuk berbuat demikian. Setelah satu dua menit bergulat bersama kelopak mata, rasa letih menuntunku masuk dalam dunia gelap. Mata ini tak lagi berkedip-kedip. Dia jatuh dalam rayuan gombal tubuhku yang mati lemas hingga akhirnya tertidur pulas.

Dalam kelelahan yang mendalam, Aku terperangkap dalam halusinasi "dunia tak sadar". Dia menjarah dan memenjara Aku dalam ruang yang dinamai "mimpi'. Di sana, Aku menemukan sepenggal kalimat inspirasi yang terpampang dalam dinding dunia bawah sadar ini. Kalimat itu bernada demikian: "Engkau harus menanam benih kasih". Aku tersentuh namun tidak mampu menyentuhnya.

Biasanya sebuah akibat disebabkan oleh suatu sebab. Namun, mimpiku datang tanpa ada sebab. Rasanya kemarin atau hari ini Aku tidak menanam sesuatu. Mengapa Aku terbawa mimpi demikian? Satu hal yang pasti bahwa Aku bermimpi karena Aku tertidur. Tanpa tidur Aku tidak dapat bermimpi. Mimpi dalam keadaan sadar hanyalah sebuah halusinasi atau khayalan. Kata orang mimpi adalah bunga tidur dan rupa-rupanya Aku menanam bunga dalam tidur.

Mimpi misterius ini membumbui rasa penasaranku. Mungkinkah DIA (baca: TUHAN) memiliki suatu rencana besar dalam hidupku? Ah, mimpi hanyalah mimpi dan tidak mungkin menjadi kenyataan. Yang nyata dari mimpi adalah Aku telah bermimpi. Lebih dari itu, mimpi yang nyata hanyalah sebuah kebetulan. Mereka yang dikenal sebagai "budak mimpi" mungkin memiliki pandangan lain tentang mimpi. Bagi mereka, mimpi adalah kemenangan sekaligus kerugian. Dia membawa kemenangan jika mampu memberi petunjuk yang tepat dalam mencari keuntungan. Sebaliknya, dia membawa kerugian jika tidak memberi keuntungan.

Tampak bahwa Aku telah berlangkah ke titik terjauh dari sebuah mimpi. Aku sebenarnya tidak ingin menafsir atau meramalnya secara lebih dalam. Namun, jika melalui mimpi DIA menginginkan sesuatu, maka biarlah kehendak-Nya bekerja atas diriku. DIA mampu memberi kepastian dari sesuatu yang tak pasti. Mimpiku akan menjadi nyata jika DIA berkenan melakukannya. Peristiwa Yusuf sang penafsir mimpi raja Mesir menjadi dasar biblis yang tepat untuk mengakui kekuatan-Nya dalam mewujudnyatakan mimpi. DIA berkuasa atas mimpi dan mimpi tidak berkuasa di atas kehendak-Nya. 

Pertanyaan lebih lanjut: Apa yang harus Aku lakukan dari mimpi ini? Aku merasa ditugaskan oleh-Nya untuk menjadi "PETANI MIMPI" yang akan dan selalu "menanamkan benih kasih". Dengan profesi seperti ini Aku mungkin tidak akan membutuhkan penafsir mimpi atau menjadi seorang budak mimpi. Aku juga tidak akan membuang-buang waktu untuk mencari maksud dan tujuan dari mimpi ini sebab semua waktuku pasti tertuju padanya. 

ika menanam benih kasih adalah maksud dan tujuan dari mimpi itu Aku sesungguhnya telah menjadi PETANI MIMPI sejak Aku hadir di dunia ini. Dalam kehidupan bermasyarakat Aku selalu mengasihi  tanpa batas. Benih kasih yang kutanam membuahkan hasil berlimpah. Aku memanen kebahagiaan, kedamaian, dan sukacita. Aku adalah satu dari sekian juta orang yang telah sukses menjadi PETANI MIMPI. Benih kebaikan kusemai, buah kebahagiaan panenanku. Ya, Aku telah sukses menjadi PETANI MIMPI.

Apa gunanya memiliki seluruh dunia namun kehilangan keselamatan jiwanya? Apa gunanya bersekolah tinggi jika tidak mampu bersikap rendah hati? Apa gunanya memiliki popularitas jika tidak dikenal budi baiknya? Apa gunanya menguasai semua pemikiran tokoh filsafat (filsafat: cinta kebijaksanaan) jika tidak memiliki kebijaksanaan? 

Apa gunanya memiliki wajah cantik dan ganteng jika tidak menghargai orang lain? Apa gunanya memiliki jabatan jika tidak mampu "berjabat tangan" (baca: memberikan kebaikan) dengan orang lain? Apa gunanya berkoar-koar tentang sebuah kesuksesan namun tidak mampu berkotor tangan memeluk penderitaan orang lain? Apa gunanya menjadi politisi jika berkompetisi demi memenuhi misi pribadi? Apa gunanya hidup di tengah banyak orang jika terus berfokus pada diri sendiri?

Dia mengundang Kamu dan Aku (baca: Kita) untuk menjadi PETANI MIMPI yang selalu menanamkan benih kebaikan. PETANI MIMPI menjadi tidak penting bagi mereka yang berspiritualitas "apa gunanya" yang disebut dalam litani di atas. DIA menjadikan Kita, PETANI MIMPI yang berinisial Cinta dan Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline