Lihat ke Halaman Asli

Ataya SelaCallista

Mahasiswi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bangkitnya Gerakan White Supremacy sebagai Wajah Fasisme Modern

Diperbarui: 24 Desember 2022   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terinspirasi dari ideologi fasisme yang diperbarui dan kebangkitan neo-nazi, ideologi white supremacy menciptakan gerakan kontroversial yang mendukung masyarakat ras kulit putih menjadi golongan paling superior. Gerakan ini menindas siapa saja yang berasal dari ras selain kulit putih khususnya di Amerika dan Eropa. Kelompok pendukung supremasi kulit putih menganggap ras lainnya tidak memiliki derajat yang sama dalam perihal hak asasi manusia. Ras selain kulit putih bebas untuk diperbudak, difitnah, disiksa, bahkan dibunuh jika berlaku sewenang-wenang. Gerakan ini melibatkan hal diskriminasi terhadap pribumi Amerika, Tionghoa, kulit hitam, dan lainnya. 

Di dalam sejarah dunia, telah banyak tercatat kasus kudeta yang dilatar belakangi oleh gerakan ini. Bukan hanya dalam bidang sosial dan tradisi yang diperdebatkan oleh kelompok ini, tetapi juga di bidang perpolitikan. Ras kulit hitam seringkali menjadi korban penindasan karena keterlibatannya dalam urusan pemerintahan dan negara. Hak mereka dalam memberikan suara dan berpartisipasi dalam parlemen dibatasi bahkan dicabut. Kebijakan beberapa negara seperti Amerika Serikat juga menuai pro dan kontra terhadap ras selain kulit putih sehingga menimbulkan isu rasisme di negara tersebut. 

Salah satu peristiwa yang mengguncang fenomena white supremacy di peradaban modern ini adalah menjabatnya Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat pada tahun 2009 hingga 2017 lalu. Peran Obama sebagai presiden kulit hitam pertama Negeri Paman Sam tersebut menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat keturunan African-American di sana. Obama menjadi representasi atas ras kulit hitam dan memberikan harapan terhadap rasisme yang telah merajalela di negara tersebut. Akan tetapi, ketika masa jabatannya usai dan posisi jabatannya digantikan oleh Donald Trump. Visi dan misi kelompok rasisme yang tidak jauh berbeda dari Ku Klux Klan (KKK) seakan muncul kembali dan malah semakin menjadi. Masalah rasisme di Amerika Serikat bukannya semakin menurun justru masih menjadi permasalahan sosial yang paling utama. 

Dalam kampanyenya, Donald Trump secara terang-terangan menggunakan privilege kulit putihnya untuk memenangkan posisi kepresidenan. Dengan modal rasisme dan dukungan terbuka kelompok kristen teroris Ku Klux Klan (KKK), kaum kulit putih golongan ekstrimis senantiasa memberikan suaranya untuk kemenangan Donald Trump. Meskipun demikian, beberapa masyarakat Amerika Serikat juga banyak yang mengkritik dan menolak langkah kotor yang dilakukan Donald Trump tersebut. 

Jika ditelusuri dari masa lampau, ras kulit putih di Amerika Serikat sebenarnya tidak lain juga berperan sebagai masyarakat pendatang. Masyarakat asli Amerika yang sesungguhnya adalah mereka yang berasal dari suku Indian. Kedatangan kaum kulit putih yang kemudian mendominasi negara tersebut justru bisa dibilang hasil dari peristiwa kolonisasi yang terjadi di masa lalu. Kepercayaan diri yang tinggi membuat masyarakat kulit putih tersebut mampu mengklaim suatu wilayah karena faktor kemenangan mayoritas. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline