Artikel ditulis Oleh Sirilus Gonsi
Gereja Katolik Manggarai bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar Festival Golo Koe untuk kedua kalinya di Labuan Bajo 10-15 Agustus 2023. Festival Golo Koe kedua ini merupakan lanjutan Festival Golo Koe yang pernah dilaksanakan sebelumnya pada Agustus 2022 yang lalu. Pada Festival kali ini Gereja Katolik Manggarai atau Gereja Katolik Keuskupan Ruteng mengusung tema Ekonomi Sejahtera, Adil dan Ekologis.
Festival merupakan sebuah pesta atau acara meriah untuk mengenang sesuatu. Festival Golo Koe Labuan Bajo merupakan kegiatan pariwisata religi yang dirintis oleh Gereja Katolik Keuskupan Ruteng bersama pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. Inti dan puncak dari festival Golo Koe Labuan Bajo adalah prosesi perarakan patung Bunda Maria Assumpta Nusantara mengelilingi kota Labuan Bajo yang berakhir dengan pentataan di Gua Maria yang terletak di Golo Koe Labuan Bajo. Golo Koe adalah nama sebuah bukit kecil yang ada di tengah kota Labuan Bajo. Golo artinya gunung atau bukit, dan Koe artinya kecil. Golo Koe berarti bukit kecil. Di Kolo Koe ini akhir dari prosesi Patung Bunda Maria Assumta Nusantara.
Festival Golo Koe selain sebagai sebuah momen untuk perayaan pesta perarakan patung Bunda Maria, penulis melihatnya sebagai bentuk gerakan sosial yang dibuat oleh Gereja untuk perubahan pariwisata di Mangggarai Barat khususnya dan Manggarai umumnya. Hal ini tentu atas dasar alasan dari jumlah peserta yang hadir dan komunitas yang bergabung dalam festival ini. Viva.co.id. Melaporkan bahwa 1.500 peserta dari 86 komunitas dan lembaga di keuskupan Ruteng, serta 152 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga turut berpartisipasi dalam gelaran festival Golo Koe ini.
Wikipedia mengartikan gerakan sosial sebagai aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan kelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak atau mengkampanyekan nilai sebuah perubahan. Festival Golo Koe dipandang sebagai sebuah bentuk gerakan sosial bila melihat isu yang diusung dalam festival tersebut yaitu ekonomi sejahtera, adil dan ekologis. Ekonomi sejahtera, adil dan ekologis adalah kampanye yang digaungkan dalam festival ini. Tema ini tentu berakar pada konteks masyarakat Manggarai yang belum sejahtera, adanya ketidakadilan dalam pengelolaan pariwisata Labuan Bajo dan juga fakta keterpurukan alam dan lingkungan hidup yang kurang menunjang aktivitas manusia dalam berwisata.
www.detik.com mengutip pernyataan Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat bahwa tujuan Festival Golo Koe untuk menumbuhkembangkan pariwisata yang bermartabat di Labuan Bajo Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur dan Flores umumnya. Bagi Mgr. Sipri, pariwisata yang bermartabat memiliki ciri yaitu berpartisipasi, berbudaya dan berkelanjutan. Berpartisipasi dimaknai sebagai pariwisata yang menyejahterakan dan melibatkan masyarakat lokal. Berbudaya artinya meningkatkan pariwisata yang berakar dan bertumbuh dalam kearifan dan spiritualitas setempat. Berkelanjutan menandakan pariwisata yang merawat dan mendendangkan kelestarian alam ciptaan. Festival Golo Koe tentu untuk meraih tujuan sebagaimana yang diungkapkan uskup di atas.
Pernyataan Uskup di atas merupakan hasil pergumulan dari kontek sosial yang dijumpai dalam pariwisata Labuan Bajo. Menilik fakta bahwa pengembangan pariwisata Labuan Bajo belum maksimal dan belum berakar dalam paradigma masyarakat Manggarai Barat, serta minimnya keterlibatan masyarakat umum dalam pengelolaan sektor pariwisata Manggarai Barat. Di samping itu adanya kepedulian akan urgensitas budaya dalam pengembangan pariwisata mendorong Gereja Katolik Manggarai untuk mengkampanyekan aspek berbudaya dari pariwisata melalui gerakan festival Golo Koe.
Pagelaran Festival Golo Koe tentu berkaca pada konteks sosial yang sudah hadir ke ruang publik Manggarai Barat khususnya dan Manggarai umumnya. Adanya kepincangan dalam pengolahan dan pengelolaan pariwisata Labuan Bajo menggugah nurani Gereja Katolik untuk terlibat dalam menemukan aspek yang baik dalam pengelolaan serta melibatkan partisipasi masyarakat umumnya. Isu pariwisata Labuan Bajo hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu seperti travel agen, warung makan, hotel dan pihak-pihak terkait. Isu lain seperti pariwisata Manggarai Barat tidak menguntungkan para petani setempat, sebab sayur-sayur, buah-buahan yang ada di Manggarai Barat, didatangkan dari luar Manggarai. Hal lainnya adalah kurangnya pelestarian budaya Manggarai dan kekhasan Gereja Katolik Manggarai sebagai salah satu aspek penunjang pariwisata Manggarai Barat. Padahal wisata rohani, dan aspek budaya Manggarai penting dihidupkan dalam pengembangan dunia pariwisata yang bermartabat dan beradab. Singkatnya bahwa ada banyak hal yang belum digali pada masyarakat lokal Manggarai dalam menunjang pariwisata Labuan Bajo.
Berbagai kepincangan dan keresahan terkait pengolahan dan pengelolaan pariwisata Manggarai Barat menggugah Gereja Katolik Manggarai untuk terlibat. Keterlibatan Gereja selalin melalui pewartaan, juga melalui sebuah gerakan sosial. Karena itu, Festival Golo Koe dipoles dan diramu oleh Gereja Katolik Manggarai sebagai sebuah gerakan sosial, agar pariwisata Manggarai Barat tidak hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, melainkan bisa menjangkau masyarakat umumnya, termasuk Gereja katolik itu sendiri. Festival Golo Koe merupakan sebuah gerakan sosial yang merupakan metode dan cara gereja dalam menciptakan keunikan wisata Labuan Bajo.
Dalam gerakan sosial, ada kelompok yang digerakkan untuk meneriakkan isu-isu tertentu untuk perubahan. Festival Golo Koe dianggap sebagai gerakan sosial sebab festival ini meneriakkan ekonomi berkelanjutan terhadap pertumbuhan pariwisata super premium Labuan Bajo. Gereja Keuskupan Ruteng atau Gereja Katolik Manggarai menggerakkan dan mendorong paroki-parokinya dan Orang Muda Katoliknya (OMK) untuk mulai membuka dan menciptakan lapangan kerja yang bertujuan pada pariwisata. Selain itu Gereja Katolik Manggarai juga menggerakkan 152 UMKM lintas agama dan komunitas untuk berpartisipasi dalam festival Golo Koe. Festival Golo Koe, tidak hanya melibatkan masyarakat Manggarai Barat, melainkan juga umat dan masyarakat yang ada di wilayah Manggarai dan Manggarai Timur.
Festival Golo Koe sebagai bentuk gerakan sosial memiliki target yang menjadi fokus gerakan. Festival Golo Koe yang menampilkan berbagai parade budaya Manggarai tentu memiliki visi dan misi akan pentingnya sektor budaya Manggarai untuk destinasi pariwisata Labuan Bajo. Kearifan lokal dan kekhasan budaya Manggarai ditampilkan untuk keadaban wisata Manggarai Barat yang kontekstual. Festival Golo Koe dirancang untuk menumbuhkan dan mengembangkan pariwisata Labuan Bajo yang bertumbuh dalam keunikan dan kekayaan spiritual dan kultural Manggarai.