Lihat ke Halaman Asli

Atanshoo

Mahasiswa

Iwan Fals Mengenang Galang Rambu Anarki: Putra Mahkota yang Telah Pergi

Diperbarui: 4 April 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iwan Fals merindu, usai 27 Tahun Kepergian Mendiang Galang Anarki (Foto: Andhika Prasetya/detikFoto) 

Bagi para pencinta musik Indonesia, nama Iwan Fals sudah tak asing lagi. Legenda musik ini dikenal dengan lagu-lagunya yang kritis, lugas, dan menyuarakan keresahan rakyat. Namun, di balik sosok vokal yang lantang itu, tersimpan duka mendalam atas kepergian sang putra sulung, Galang Rambu Anarki.

Galang Rambu Anarki, yang namanya diabadikan dalam salah satu lagu Iwan Fals, pergi meninggalkan dunia pada 25 April 1997 di usia yang belia, 15 tahun. Kepergian Galang meninggalkan lubang menganga di hati Iwan Fals dan keluarga. Rasa kehilangan itu seakan tak pernah pudar, meski 27 tahun telah berlalu.

Baru-baru ini, dalam sebuah podcast, Iwan Fals kembali mengenang kepergian Galang. Suaranya parau saat bercerita bahwa bayangan sang putra selalu hadir, "Setiap hari ada momen yang mengingatkan saya pada Galang. Kadang-kadang saya dengar lagu dia, saya lihat foto dia, atau saya ingat omongan dia," ungkapnya.

Rasa sesal dan bersalah pun kerap menghantui Iwan Fals. Ia merasa belum bisa menjadi ayah yang sempurna bagi Galang. "Saya masih merasa bersalah. Saya merasa tidak sempat memberikan banyak waktu dan perhatian kepada Galang. Saya sibuk dengan pekerjaan saya, dan Galang masih kecil," tuturnya lirih.

Memang, saat itu karier Iwan Fals sedang menanjak. Ia sibuk dengan jadwal konser dan rekaman, sementara Galang masih remaja yang penuh dengan mimpi dan gejolak.  Namun, siapa sangka kebersamaan mereka harus terputus begitu cepat.

Kepergian Galang tak hanya meninggalkan duka bagi keluarga, tetapi juga bagi dunia musik Indonesia.  Galang sendiri dikenal sebagai sosok yang berbakat dalam bidang musik. Ia pandai bernyanyi dan menciptakan lagu.

Jiwa pemberontak dan kritis yang diwarisi dari sang ayah terlihat jelas pada karya-karyanya.  Lagu "Bento" dan "Surat Buat Rio" yang dibawakannya bersama sang ayah menjadi bukti bahwa Galang memiliki potensi besar untuk menjadi bintang rock mengikuti jejak sang ayah.

Sayangnya, takdir berkata lain.  Kepergian Galang yang simpang siur diberitakan karena overdosis narkoba, dibantah oleh Iwan Fals. Sang legenda musik itu menyatakan bahwa Galang meninggal karena penyakit leukemia.

Meski telah tiada, semangat dan karya Galang terus hidup.  Lagu-lagunya tak lekang oleh waktu,  masih relevan dan sering dibawakan oleh para musisi muda.  Bagi Iwan Fals sendiri, Galang tak hanya anak, tetapi juga inspirasi dalam berkarya.

Beberapa lagu Iwan Fals, seperti "Yang Terlupakan", "Kemesraan", dan "Sarjana Muda",  diyakini terinspirasi dari sosok Galang.  Lagu "Galang Rambu Anarki" sendiri tak hanya menjadi kenangan ter manis, tetapi juga peneguhan harapan Iwan Fals terhadap sang putra, "Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu. Tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku. Doa kami di nadimu," begitu sepenggal lirik yang menyentuh dari lagu tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline