Lihat ke Halaman Asli

Atanshoo

Mahasiswa

Monolog: Hujan Sebagai Sutradara

Diperbarui: 13 Februari 2024   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan sebagai sutradara - Geetanjal Khana on unsplash

Monolog: Hujan Sebagai Sutradara

(Atanshoo)

(Seorang individu berdiri di tepi jendela, menatap langit yang mulai mendung.)

Hujan, kau datang lagi. Ah, kau sungguh seperti seorang sutradara, memainkan drama dalam keheningan malam. Awan-awanmu menari-nari di langit, seolah mempersiapkan panggung untuk pertunjukan besar. Aku bisa mendengar langkah-langkahmu yang pelan, merencanakan adegan demi adegan, dengan tetes-tetes hujan sebagai para pemeran utamanya.

Tetes demi tetes jatuh dengan irama yang berbeda, menyanyikan lagu-lagu rindu dan kesepian. Bagaimana kau bisa membuatku terpesona dengan keindahanmu, sementara sebagian lainnya merasa enggan oleh kesendirianmu? Aku merenung, menggali makna di balik setiap riuh rendahmu, mencari pesan yang tersirat di antara tetes-tetesmu yang membasahi tanah.

Dalam kelamnya malam, aku merenungi kehidupan ini. Seperti hujan yang kadang datang tanpa diminta, begitulah pula liku-liku nasib yang kadang datang tanpa diundang. Namun, seperti sutradara yang bijaksana, hujan mengajarkan aku akan keindahan kesendirian, akan perjalanan yang tak terduga.

Dengan gemuruhmu yang lembut, kau membawa kedamaian dalam heningku. Aku bersyukur untuk momen-momen seperti ini, di mana aku bisa berdiam diri, menyaksikan drama alam yang indah ini. Terima kasih, hujan, sebagai sang sutradara yang menginspirasi, kau membawa aku pada penemuan diri, di tengah-tengah panggung kehidupan yang terus berputar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline