Apakah aku salah mencintaimu? Pertanyaan ini terus bergema dalam benakku, seperti mantra yang terus-menerus aku ulang dalam diam. Mungkin, cinta ini adalah sebuah misteri yang sulit untuk dipecahkan, atau mungkin aku yang terlalu bodoh untuk memahaminya.
Ketika aku memikirkan tentangmu, hatiku berbicara dengan bahasa yang sulit diartikan. Entah bagaimana, kamu telah menjadi bagian dari hidupku, seperti bintang yang tak bisa kulupakan di malam yang gelap. Namun, di tengah kehangatan cinta ini, ada rasa ragu yang tumbuh seiring waktu.
Mungkin aku salah mencintaimu karena terlalu berlebihan. Apakah ini hanya sebuah ilusi yang aku buat dalam benakku? Adakah keberanian untuk mengakui bahwa hatiku telah melebih-lebihkan arti cinta ini? Mungkin aku perlu merenung, menelisik setiap detik yang kita habiskan bersama, mencari tahu apakah ini hanya impian yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan atau hanyalah godaan syaitan.
Atau bahkan aku salah karena memilih mencintaimu tanpa ragu? Terkadang, keputusan ini membuatku bertanya-tanya apakah hatiku yang terlalu gegabah. Apakah aku terlalu terburu-buru mengukir nama cintamu di hatiku? Namun, bagaimana mungkin aku menahan detak jantung yang semakin cepat setiap kali kau berada di dekatku?
Apakah aku salah mencintaimu karena mengabaikan sinyal-sinyal yang seharusnya membuatku waspada? Ada saat-saat ketika perasaanku merasa seperti layaknya seorang pelaut yang berlayar tanpa peta di lautan yang gelap. Tetapi, apakah semua itu hanya ujian yang harus aku lewati, ataukah ini pertanda bahwa aku sesungguhnya salah dalam mencintaimu?
Mungkin yang paling sulit adalah ketika aku bertanya-tanya apakah aku salah mencintaimu karena kamu tidak merasakan hal yang sama. Apakah perasaanku hanya bertumbuh di dalam hatiku sendiri, sementara kamu melihatnya sebagai angin yang lewat tanpa meninggalkan jejak? Ini seperti menyelam dalam lautan asmara tanpa tahu apakah aku akan menemukan harta karun atau malah terdampar di dasar patah hati yang gelap.
Apakah aku salah mencintaimu? Pertanyaan itu terus bergelayut di pikiranku, menciptakan kekacauan dalam hatiku. Meski begitu, aku yakin bahwa cinta ini, sebagaimana rumitnya, adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mungkin aku hanya perlu memberi waktu pada hatiku untuk menemukan jawaban yang sejati, atau mungkin jawabannya sudah ada di depan mataku, hanya butuh keberanian untuk mengakui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H