Lihat ke Halaman Asli

Atanshoo

Mahasiswa

Puisi: Menaruh Rindu - Atanshoo

Diperbarui: 11 Februari 2024   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burung dara menaruh rindu - Rajiv Bajaj on unsplash

Puisi: Menaruh Rindu
(Atanshoo)

Di sudut hatiku yang sunyi, terdapat kepingan rindu yang terpintal. Mereka seperti serat halus, merajut kisah yang tersembunyi di relung-relung hati. Malam ini, aku duduk di sini, di tepi jendela, memandangi langit yang tak henti memberi inspirasi.

Rindu itu seperti lagu lembut yang terus berkumandang di dalam diriku. Suaranya meresapi setiap detik kehidupan, merayap dengan perlahan seperti angin malam yang mengelus wajah. Bulan, sahabat setia dalam bisu, menyaksikan segenap kerinduanku yang terpendam.

Dalam keheningan, aku berbicara pada kenangan yang tergores dalam setiap sudut hati. Aku menatap bulan, seakan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tergantung di angkasa. Kenangan itu, seperti bunga yang mekar di kebun masa lalu, harum namun terasa jauh.

Mataku melukis senyuman yang hanya bisa dilihat oleh kenangan. Mereka menjadi jendela bagi jiwa yang merindu, mengawal detik demi detik dalam doa-doa yang terbisik pelan. Dalam kegelapan, aku menaruh rindu, seperti membiarkan bunga mekar di malam yang sunyi.

Rindu adalah catatan yang tak terhapuskan, sebuah puisi yang tak pernah terucapkan. Dalam kerlap langit yang gelap, aku merenungi tentang cinta yang tetap abadi. Melalui puisi ini, izinkanlah rindu berbicara, merayakan getaran cinta yang tak terukur, namun selalu hadir dalam setiap langkah hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline