Raja Memihak, Kabinet Retak
(Atanshoo)
Di negeri yang waktunya bergulir sangat cepat,
Dimana tahta kekuasaan berganti tak terelakkan,
Tiga mahkota, tiga nasib beradu,
Di panggung sejarah terjadi drama, entah nyata atau semu.
Raja di singgasana, seharusnya penjaga keadilan,
Namun, hatinya terpaut pada satu calon,
Terlihat memihak, tak lagi netral, rekayasa yang begitu dekat
Cahaya keadilan terkabur, di bawah bayang-bayang favoritisme.
Kabinet berdiri, sebagi tiang-tiang penyangga negara,
Saksi bisu, hati retak, pertikaian membara,
Di antara dinding istana, bisikan makin jelas,
"Raja memihak, bermoral kah ini?" tanya hati yang resah.
Para pembantu setia, berdiri di persimpangan,
Menimbang antara loyalitas dan kebenaran,
Satu persatu, jatuh layu, mundur dari janji,
Keretakan di kabinet, nyata bak cermin retak berantakan.
Ketiga calon, berdiri gagah, penuh harapan,
Namun, di balik panggung politik, permainan dimulai,
Di mata rakyat, sebuah tontonan penuh prasangka,
Siapa yang akan berdiri, saat debu mengendap?
Negeri di ambang pergantian, detik-detik menghitung,
Di antara harapan dan kekecewaan, garis tipis bermain,
Raja memihak, kabinet retak, sebuah legenda modern,
Di mana keputusan satu, menentukan nasib banyak orang.
Akankah negeri ini temukan paduannya,
Atau terbelah di antara ego dan kehendak semu?
Di balik tirai istana, drama tak pernah berhenti,
"Raja Memihak, Kabinet Retak," kisah tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H