Bidadari Cirebon
(Atanshoo)
Di tengah hiruk pikuk Cirebon,
Kota keraton, sejarah, dan cerita,
Ada satu bidadari bertudung rapi,
Di balik kacamatanya, surga tercerita nyata.
Bukan di Kasepuhan mahligai raja,
Bukan pula di Kanoman, kisahnya terhampar,
Namun di simpang kecil, dekat Sunyaragi,
Bidadari itu, menari dalam tatapan.
Keretanya bukan kereta kuda,
Melainkan angin lalu, di Taman Ade Irma Suryani,
Dia, sang jelita, berhijab syar'i,
Menabur senyum, bagai pelita di hati.
Bukan putri raja, bukan pula ratu,
Namun hatinya, lebih luas dari laut Kejawanan,
Ketika dia berbicara, suaranya sangat merdu,
Bagai tembang, di Taman Sari Gua Sunyaragi.
Kacamata di wajahnya, bukan sekadar alat,
Melainkan jendela jiwa, memandang dunia,
Dengan kasih yang tulus, dan pandangan yang cerah,
Membawa cinta, di tengah pesona Kota Udang.
Di Cirebon, dia bukan sekadar mimpi,
Bukan cerita dari Batik Trusmi,
Dia nyata, di sampingku berdiri,
Bidadari Cirebon, kekasih hati.
Tiap langkah di Taman Sari,
Setiap tawa di Grage Mall berlari,
Dia ada, selalu di sisi,
Bidadari Cirebon, cinta sejati.
Dan kini, ketika adzan berkumandang,
Di Masjid Agung Sang Cipta Rasa,
Kita berdoa bersama, tangan bertaut,
Minta restu, pada Yang Maha Kuasa.
Cirebon, oh Cirebon,
Kota kecil penuh warna,
Engkau saksi, cinta kita berlabuh,
Di hati bidadari, dingin dan menusuk seperti adzan subuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H