Mencintai Hujan
(Atanshoo)
Di bawah langit yang muram, aku berdiri,
Mencintai hujan, meski dingin menggigil di hati.
Nekat? Oh, pasti! Walau badan tak tahan dingin;
Ternyata benar, aku meriang, tapi tetap tertawa ringan.
Hujan, kau turun bagai tawa lepas sang rembulan,
Menari di atap, seolah dunia panggung sandiwara.
Aku di bawahnya, menadah cerita,
Basah? Tentu! Tapi hati ini riang tak terkira.
"Kenapa hujan?" tanya mereka yang lalu lalang,
"Kenapa bukan matahari yang hangat dan menyenangkan?"
Ah, tapi mereka tak tahu, dalam tetesmu ada rahasia,
Setiap jatuhnya menuliskan puisi tanpa kata.
Hujan, kau ajarkan aku arti rindu,
Dengan setiap tetes yang jatuh, aku belajar menunggu.
Menunggu pelangi, mungkin? Atau sekadar redanya rintik,
Ah, tapi di dalam rintikmu, aku temukan dunia yang fantastik.
Ada yang bilang hujan itu kelabu, suram, dan sendu,
Tapi di mataku, kau warna-warni, penuh tawa dan ragu.
Dingin? Tentu, tapi itu bagian dari pesonamu,
Mencintai hujan, bagiku, petualangan yang seru dan baru.
Jadi, biarlah mereka berkata, "Kau gila, mencintai hujan!",
Tapi aku tersenyum, di bawah payung kata,
Menikmati setiap tetes, setiap butir keajaiban,
Mencintai hujan, aduhai, memang benar, aku meriang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H