Sebuah interpretasi dari puisi berjudul "Mahasiswa Konoha" karya Atanshoo.
Di sebuah negeri yang dihiasi duka dan ketidakadilan, di situ berdiri sebuah kampus yang membara semangat juang. Para mahasiswa, dengan semangatnya yang menyala-nyala, mengibarkan panji-panji keadilan dan kebenaran. Mereka adalah mahasiswa Konoha, berkumpul di tengah kegelapan, berteriak demi rakyat yang teraniaya.
Pixabay
Melangkah Tegak dalam Aksi Kritis
Para mahasiswa Konoha bersorak lantang, menghentakkan kaki mereka dalam aksi, membangkitkan keadilan. Mereka berdiri tegak, vokal, dan penuh semangat, membela rakyat yang terpinggirkan. Tetapi, dalam kemeriahan aksi tersebut, korupsi bersembunyi, merayap dalam kegelapan yang tak terlihat oleh mata.
Suara yang Terpendam di Balik Seragam Kebenaran
Mereka berteriak, memprotes pengkhianatan dewan, namun di balik seragam kebebasan yang mereka kenakan, niat busuk terhimpun dalam senyap korupsi yang tak termaafkan. Puisi ini menggambarkan paradoks antara cita-cita luhur dan realitas kehidupan kampus yang sesungguhnya.
Janji Palsu di Ruang Kekuasaan
Mereka berjanji untuk membawa perubahan, menjadi pelopor cahaya keadilan. Tetapi kebenaran hanya menjadi kata-kata di atas panggung. Di ruang kekuasaan, kebohongan tumbuh subur tanpa hama. Apa bedanya mereka dengan orang istana yang selama ini menjadi objek kritik mereka?
Kongkalikong dan Korupsi: Ironi Kampus yang Tercemar