Wabah virus Covid-19 telah menjangkiti lebih dari 150 negara di dunia. Mengutip dari situs www.kompas.com per tanggal 7 April 2020, jumlah inveksi virus Covid-19 di seluruh dunia tercatat 1,34 juta kasus. Dari jumlah tersebut 74.565 orang meninggal dunia dan 276.515 pasien dinyatakan sembuh (per 4 Desember2020 berdasar worldmeters.info : 65.516.117 kasus,1.511.101 kematian [red]).
Wabah ini sendiri telah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemic yang artinya skala penyebaran penyakit yang terjadi secara globa di seluruh dunia. Tingkatan pandemi memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan pandemic yang terbatas di area tertentu saja.
Dengan tingkatannya sebagai pandemic, Covid-19 ini memerikan dampak signifikan pula secara global. Beberapa Negara ada yang menerapkan kebijakan lockdown, social distancing yang kemudian diperbaharui menjadi physical distancing, hingga di Indonesia sendiri ditetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Pemerintah menghimbau masyarakat untuk membatasi kegiatan di luar dan tetap berada di rumah. Beberapa perusahaan menerapkan kebijakan work from home, termasuk juga sekolah yang meliburkan siswa-siswanya.
Selain dampak kesehatan, wabah Covid-19 ini juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian. Di awal pandemic, beberapa media massa memperlihatkan ada orang yang tidak bertanggungjawab yang memborong dam menimbun masker sehingga mengalam kelangkaan. Harganya pun naik gila-gilaan di luar kewajaran.
Surgical mask atau masker bedah yang dalam 1 kotak berisi 50 lembar dijual seharga Rp 220 ribu bahkan lebih. Padahal biasanya hanya di kisaran Rp 22 ribu per kotak. Masyarakat kesulitan untuk membeli masker karena stok di took dan apotik banyak yang habis karena diborong para penimbun. Padahal masker adalah pelindung paling minimal agar tidak terkena cipratan droplet dari batuk dan bersin. Saat ini pun pemerintah kembali menegaskan pentingnya penggunaan masker saat berkegiatan di luar rumah untuk meminimalisir penularan.
Selain masker, komoditas yang mengalami kelangkaan adalah hand sanitizer dan vitamin C. Dari pengalaman mencari vitamin C untuk orang tua, saya mengalami kesulitan menemukannya di beberapa apotik maupun minimarket, begitupun hand sanitizer. Bahkan dari beberapa institusi rumah sakit didapatkan fakta bahwa para dokter dan perawat yang sedang berjibaku merawat pasien kesulitan untuk mendapatkan Alat Peindung Diri (APD), padahal mereka adalah pihak yang paling rentan terpapar dan tertular virus tersebut.
Merespon kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, beberapa pihak pun meninjdaklanjutinya dengan menghentikan aktivitasnya. Beberapa taman kota ditutup, mall mengurangi jam operasionalnya, bahkan hingga menutup sementara stand untuk meminimalisir kerumunan orang, kecuali swalayan dan toko farmasi.
Beberapa warung dan usaha kecil pun terpaksa harus merumahkan karyawannya karena semakin minimnya transaksi yang terjadi. Beberapa driver ojeg online juga mengalami sepi order karena semakin jarang orang yang beraktivitas di luar rumah. Wabah Covid-19 memberikan dampak tidak hanya pada aspek kesehatan tapi juga pada aspek social dan ekonomi masyarakat.
Energi Positif di Tengah Wabah Corona
Di tengah berbagai kesulitan tersebut, saya menjumpai realitas yang sangat membahagiakan dari masyarakat yang berbagi energy positif agar dapat bersama-sama melalui wabah ini. di berbagai media social, bertebaran informasi tentang munculnya gerakan-gerakan swadaya masyarakat yang saling bahu-membahu memberikan solusi-solusi kecil namun bermakna besar.
JNE sebagai jasa logistic yang sudah lama membantu mobilisasi kebutuhan masyarakat yang bisa menjangkau ke bergabai daerah ambil bagian pada pandemic ini. di tahun ke-3 dekadenya, Ia semakin Berjaya dan hidup sebagai jasa logistic, penyambung kehidupan di tengah pandemic yang menuntut kurangnya kontak fisik.