Lihat ke Halaman Asli

MALING TERIAK MALING

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maling teriak maling sembunyi balik
Dinding pengecut lari terkencing-kencing
Tikam dari belakang lawan lengah
Diterjang lalu sibuk mencari kambing
Hitam

Kutipan tembang Iwan Fals ini cukup menggambarkan realitas politik tanah air masa kini. Era reformasi yang awalnya diharapakan mampu mengantar bangsa ini menuju pada kemapanan sebagai sebuah negara, digerogoti oleh tingkah politikus yang haus akan kuasa dan kekayaan. Ibarat pemburu yang selalu mendapatkan hewan buruan disaat berburu di hutan belantara, KPK pun memainkan perannya sebagai pemburu. Kali ini berbeda dengan pemburu yang memburu hewan seperti Babi, Rusa, dan binatang buruan lainnya. KPK selalu mendapatkan hasil buruan. Satu demi satu koruptor terperangkap jerat yang dipasang KPK.

Dari semua temuan dan hasil tangkapan KPK ketika berburu, ada hal menarik yang perlu dipublikasikan kembali. Seolah ada skenario yang sama ketika ada koruptor yang masuk dalam jerat KPK. Sebut saja, Nasarudin. Pembelaan datang ketika Nasarudin ditangkap. Namun pembelaan itu seiring berjalannya waktu dan karena merasa terpojokan dengan keterangan sang “teman” pembelaan berubah menjadi cercaan dan hinaan. Kala Nasarudin menguak konspirasi sesama kader Demokrat, banyak politisi Demokrat yang tadinya terkesan sebagai pembela mengatakan bahwa Nasarudin sedang berhalusinasi. Hal yang sama juga terjadi ketika Anas Urbaningrum, Andy Malarangeng. Pembelaan akan muncul di awal, namun pada akhirnya ketika KPK mampu membuktikan, maka semuanya akan mundur secara teratur dan Hukum dijadikan tameng dan sebagai senjata terakhir untuk pembelaan. Kembali terjadi Soetan Bhatoegana walaupun belum terbukti bersalah, tetapi pencekalan yang dilakukan KPK sudah menyiratkan bahwa sesaat lagi status akan ditingkatkan untuk mengantarkannya pada kursi pesakitan. Seperti yang dikatakan Anas Urbaningrum, ini adalah lembaran pertama dan berjanji akan ada lembaran-lembaran selanjutnya.

Bertubi-tubi kasus yang menghampiri kader Demokrat, mengantarkan Demokrat sebagai sebuah partai terjun bebas elektabilitasnya. Selain kader Demokrat, ada juga kader PKS yang terjerat kasus korupsi. Tidak tanggung-tanggung, KPK menjerumuskan Presiden Partai Keadilan ini karena tindakan korupsi impor daging sapi. Ketika KPK sedang giatnya memerangi korupsi, banyak jugayang berusaha untuk menghambat laju perang terhadap korupsi. Berbagai alasan dilontarkan untuk memperkuat pernyataan demi mempersalahkan apa yang dilakukan oleh KPK. Seperti yang dikatakan di mana-mana bahwa, korupsi adalah tindak pidana yang dikategorikan extra Ordinary Crime. Nah karena merupakan tindak pidana yang luar biasa, maka harus pula diselesaikan dengan cara yang luar biasa pula. Korupsi adalah tindakan yang menurut saya lebih kejam dari yang namanya pembunuhan. Karena korupsi akan berdampak pda berbagai segi kehidupan. Karena dampak yang luar biasa dari korupsi, maka perlu juga diselesaikan dengan cara yang luar biasa.

Dari berbagai persoalan yang terjadi, seharusnya secara kasat mata kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa, hampir semua penggiat korupsi selalau bersama-sama dan jelas tahu dan mau untuk melakukan tindakan amoral seperti yang terjadi saat ini. Masing-masing saling melindungi, bahkan hingga saat-saat terakhir yang dilindungi ditetapkan bersalah oleh pengadilan. Namun, nyatanya yang melindungi dan dilindungi, sama-sama terjerumus, yang berbeda hanya waktu. Karena itu, sebagai masyarakat kami menilai bahwa, dalam sebuah institusi atau lembaga, yang terjadi adalah melakukan tindakan korupsi secara bersama-sama. Karena jelas bahwa, nama-nama yang terseret masuk di meja sidang hampir sebagian besar adalah jajaran elite dalam sebuah institusi atau lembaga. Pola korupsi ini sebenarnya sudah ada sejak zaman lampau. Tujuannya adalah kebobrokan dan amburadulnya sebuah institusi atau lembaga tidak diketahui orang banyak. Namun benar apa kata orang bijak, “Berbau bagai embacang,” perbuatan yang jahat itu suatu saat akan diketahui oleh orang juga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline