Perekonomian di Indonesia mengacu para ekonomi kerakyatan yaitu sektor Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu bentuk usaha yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Sektor ini diminati oleh masyarakat karena dalam mewujudkannya tidak memerlukan modal yang sangat besar, dengan permodalan atau biaya yang minimal pun seseorang sudah dapat menjalankannya. Selain itu, menjalankan sektor ini juga tidaklah sulit alias mudah dilakukan bagi siapa saja dan dari berbagai kalangan.
Salah satu jenis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yaitu furniture atau biasa disebut dengan mebel. Keberadaan industri mebel di Indonesia memiliki peranan penting untuk mendorong perekonomian serta memiliki potensi menjadi pusat pengembangan dan produksi mebel kelas dunia. Namun, para pelaku usaha mebel terkadang menghadapi berbagai permasalahan atau tantangan dalam pengelolaan biaya, perencanaan anggaran, serta pengambilan keputusan berbasis data untuk bisa meningkatkan profitabilitas dan keberlanjutan usaha. Profitabilitas merupakan hal penting bagi keberlangsungan usaha agar bisa tetap berdiri dalam jangka waktu yang lama atau panjang. Tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha mebel dapat diatasi dengan menggunakan atau menerapkan prinsip-prinsip dalam akuntansi manajemen. Salah satu penerapan prinsip akuntansi manajemen yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan analisis Biaya Volume Laba agar profitabilitas UMKM dapat meningkat. Oleh sebab itu, tujuan artikel ini untuk memberikan informasi atau pengetahuan bagi para pelaku UMKM tentang penerapan analisis Biaya Volume Laba yang berguna untuk meningkatkan profitabilitas UMKM.
Dalam Akuntansi Manajemen terdapat materi tentang Analisis Biaya Volume Laba. Analisis Biaya Volume Laba bisa diartikan dengan cara yang dipakai untuk merencanakan dan mengambil keputusan dengan menghubungkan antara biaya, volume penjualan dan harga. Jadi antara biaya, volume penjualan, dan harga memiliki kaitan yang erat, penting, dan tak dapat dipisahkan. Analisis Biaya Volume Laba bisa membantu para pengusaha karena punya beberapa manfaat, seperti:
- Pengelolaan biaya, kita bisa tahu biaya apa saja yang dipakai serta bagaimana biaya tetap dan biaya variabel saling berkaitan. Biaya tetap merupakan biaya yang tak berubah walaupun penjualannya naik misalnya biaya sewa ruko, gaji manajer, asuransi, penyusutan. Biaya-biaya itu tak akan berubah, jadi kalau penjualannya naik atau turun biaya yang dikeluarkan tetep sama. Sementara biaya variabel yaitu biaya yang berubah sesuai dengan penjualan produk, misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya tenaga kerja tidak langsung , biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya itu akan berubah, jadi misalnya penjualannya banyak biayanya juga makin banyak dan kalau penjualannya dikit biaya juga sedikit.
- Perencanaan laba terutama menghitung titik impas (Break Even Point). Titik impas terjadi jika pendapatan dengan biaya yang digunakan saat produksi hasilnya sama. Jadi dalam kondisi ini, pengusaha tidak untung dan juga tidak rugi. Dengan titik impas, kita bisa tahu kalau produk terjual di atas titik impas maka untung dan kalau produk terjual di bawah titik impas berarti rugi.
- Mengambil keputusan, dari analisis Biaya Volume Laba kita bisa tahu produk mana yang memberi keuntungan lebih banyak. Contohnya, terdapat perusahaan yang menjual macam-macam produk dengan margin keuntungan berbeda tiap produk. Kita bisa tahu mana produk yang keuntungannya lebih besar, sehingga kita bisa fokus dengan produk yang untungnya lebih tinggi dari produk lain supaya profitabilitas bisa meningkat.
Strategi pengelolaan biaya diperlukan untuk bisa meningkatkan profitabilitas perusahaan. Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan yaitu menetapkan harga jual yang optimal agar menutup biaya tetap dan mencapai laba, mengelola volume penjualan agar penjualan bisa di atas titik impas, mengendalikan biaya (tetap dan variabel) agar lebih optimal sehingga dapat meminimalisir adanya pemborosan, dan melakukan perencanaan keuangan yang baik agar dapat mengetahui laba serta membuat perencanaan anggaran.
Lukman Jati Mebel adalah salah satu usaha mebel yang mencoba menggunakan analisis Biaya Volume Laba untuk meningkatkan keuntungan. Dalam usahanya, Lukman Jati Mebel belum melakukan perencanaan laba dengan baik. Bahkan laba yang didapat tak mampu menutup seluruh biaya operasional dan biaya produksi. Dalam menghitung Biaya Volume Laba, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu menentukan biaya tetap per unit, biaya variabel per unit, volume produksi, dan harga jual per unit. Untuk mengetahui atau menghitung volume produksi dapat dilakukan dengan uji volume produksi, misalnya jika produksi 10 unit hasilnya laba atau rugi, jika 20 unit hasilnya laba atau rugi dan seterusnya. Jika pada uji tersebut hasil yang diperoleh terdapat kerugian, maka perlu adanya perubahan baik dalam biaya tetap, biaya variabel atau bahkan harga jual. Sedangkan, dalam menghitung titik impas perlu memperhatikan beberapa hal seperti biaya tetap, biaya variabel per unit dan harga jual per unit. Dari observasi yang telah dilakukan data yang diperoleh yaitu biaya tetap Rp 129.760 per unit, biaya variabel Rp 365.250 per unit, dan harga jual Rp 450.000. Data ini lalu bisa dimasukkan ke rumus titik impas (Break Even Point) dalam unit yaitu total biaya tetap : margin kontribusi per unit. Margin kontribusi per unit diperoleh dari harga jual per unit -- biaya variabel per unit. Dengan memasukkan data ke rumus titik impas, maka akan diketahui berapa unit / produk yang dihasilkan agar tidak untung dan juga tidak rugi.
Para pelaku UMKM seperti Lukman Jati mebel perlu menerapkan analisis Biaya Volume Laba karena sangat bermanfaat untuk meningkatkan profitabilitas. Dengan memperhatikan biaya tetap, biaya variabel, volume produksi, dan harga jual dapat membantu Lukman Jati mebel dalam menganalisis berbagai biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Menghitung titik impas juga penting dilakukan untuk mengetahui perusahaan perlu menjual paling sedikit berapa unit agar usaha tidak mengalami kerugian. Apabila dalam pelaksanaannya Lukman Jati mebel menghadapi tantangan seperti harga bahan baku mengalami kenaikan, maka perlu mencari pemasok bahan baku yang lebih murah agar bisa menekan biaya. Lukman Jati mebel perlu menggunakan analisis Biaya Volume Laba agar biaya dapat terkelola dengan baik, optimal, dan penggunaan biaya dapat diketahui dengan jelas. Dengan mengetahui titik impas dan margin kontribusi mereka dapat meningkatkan laba sehingga tidak mengalami kerugian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H