Ekonomi Politik Internasional menurut Mohtar Mas'oed dalam bukunya Ekonomi Politik Internasional Thaun 1989/1990 didefinisikan sebagai studi tentang hubungan antara ekonomi dan politik dalam arena internasional yaitu bagaimana persoalan ekonomi seperti inflasi, defisit neraca perdagangan atau pembayaran, penanaman model asing, efisiensi produksi, dsb. Berkaitan dengan urusan politik internasional dan politik domestic (Budiana, 2012).
Secara terminologi, Ekonomi Politik Internasional memiliki definisi individu pada setiap katanya. Ekonomi adalah mekanisme atau suatu sistem yang dapat mengatur penyaluran atau alokasi sumber daya yang terbatas di dalam area ekonomi yang biasa disebut dengan pasar. Politik berasal dari bahasa Yunani yang artinya negara. Aktor dari politik adalah negara dan negara yang memiliki kekuatan disebut negara yang berdaulat, maka negara secara sah memiliki kekuatan untuk mengelola dan mengeksekusi sehingga dapat dilakukan hubungan internasional. Internasional adalah segala sesuatu yang melintasi batas negara. Jangkauan internasional bukan lagi masalah domestik suatu negara, tetapi telah berkembang dengan cangkupan kolaborasi dari banyak negara. aktor internasional bisa datang dari negara ataupun non negara, sehingga internasional berarti global.
Timbulnya ekonomi menjadi bagian politik dalam lingkup global didasarkan kepada masalah kepentingan domestik suatu negara. Negara memiliki kewajiban untuk memenuhi dan mensejahterakan rakyat dan makhluk hidup lain yang menempati negaranya. Namun, negara memiliki keterbatasan untuk mengelola sumber daya dan memanfaatkannya. Kondisi keterbatasan itu juga terjadi kepada sektor dan bidang ekonomi negara. Oleh karena itu, negara membentuk sebuah kebijakan untuk melakukan hubungan Internasional yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan dengan cara melakukan perdagangan internasional.
Aktor Ekonomi Politik Internasional terdiri dari aktor negara dan aktor non negara seperti Multi National Corporation (MNC). Kedua aktor dalam kegiatan ekonomi internasional saling melakukan persinggungan untuk mmrncapai kepentingan masing - masing. Terutama Multi National Corporation (MNC) adalah aktor yang kerap kali secara umum melakukan kompetisi, negoisasi, bahkan diplomasi dengan aktor negara untuk memperluas dan mendapatkan area targetnya yaitu market di negara tersebut.
Adanya jalinan Hubungan Ekonomi Politik Internasional yang dilakukan aktor di Pasar Internasional seperti ekspor atau impor bisa mendatangkan keuntungan dan juga kerugian. Perjanjian resmi untuk yang telah mengikat membuat aktor akan saling bergantung. Maka, akan ada resiko bila disalah satu pihak mengalami kerugian, pihak lain akan mengalami kerugian pula, dan sebagainya. Kasus Brexit (Britanian Exit) adalah salah satu contoh isu ekonomi politik internasional yang sangat kompleks.
Pada awalnya, Inggris pada tahun 1973 memutuskan untuk bergabung dengan Uni Eropa yang dulunya bernama European Economic Community dengan dasar keinginan untuk memperbaiki perekonomian Inggris. Sebelum bergabung, pertumbuhan ekonomi Inggris tertinggal 2,2% dibandingkan anggota Uni Eropa. Setelah bergabung, Ekonomi Inggris mengalami kenaikan 0,3% lebih cepat dari anggota yang lain. Sehingga total peningkatan pertumbuhan ekonomi Inggris selama menjadi keanggotaan Uni Eropa berdasar GDP per kapita adalah 2,5% (Gudgin & Coutts, 2017). Inggris juga mendapat akses istimewa pasar dari keanggotaan yang memiliki lebih dari 460 juta konsumen, yang jumlahnya lebih dari US$18 trilliun (Mistry, 2017).
Ketika diperhatikan dengan seksama, keanggotaan Uni Eropa membawa kerugian terhadap Inggris. Kerugian yang dirasakan diantaranya adalah mengenai imigran bebas anggota Uni Eropa untuk memasuki wilayah Inggris untuk bekerja sesuai kebijakan Uni Eropa. Hingga Inggris menjadi wilayah dengan imigran terbanyak kedua setelah Jerman. Kewajiban untuk membayar pajak 2,5% dari pendapatan per tahun kepada Uni Eropa. Dan Kebijakan Inggris yang selalu tak lepas dari pengaruh Uni Eropa (Rezkyniine, Tulung, & Sampe, 2018).
Terputuskannya Brexit mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Uni Eropa. Inggris memberhentikan sumbangannya kepada negara – negara berkembang anggota Uni Eropa seperti Romania, Bulgaria, dan Kroasia. Sehingga anggota Uni Eropa yang lain berkewajiban untuk mengisi kekurangan sumbangan yang diberhentikan oleh Inggris. Investor Uni Eropa sejak Brexit terjadi mengalami penurunan, karena pada dasarnya Inggris adalah negara tujuan investor asing. Saat masa transisi Brexit mata uang Inggris naik, sehingga mengakibatkan tarif pajak import, inflasi meningkat dan pendapatan merendah (Haqiqi & Wijayanti, 2020).
Bukan hanya ekonomi, Brexit juga memberikan dampak buruk kepada stabilitas politik Inggris dan juga Uni Eropa. Di Inggris berkemungkinan besar akan terjadi polarisasi politik antara pendukung Brexit dan anti Brexit. Dalam masa transisi Inggris mengalami krisis pemerintahan yang disebabkan oleh perpecahan partai politiknya sehingga mengakibatkan terjadinya inflasi ekonomi. Uni Eropa sendiri juga terdampak, karena akan banyak pertanyaan datang dari anggota lainnya mengenai bagaimana tindak lanjut Eropa untuk mempertahankan kesatuan Uni Eropa.
Reference