KH. Jamhari Abdul Jalal : Perjalanan mengabdikan diri untuk pendidikan
Latar Belakang Pendidikan KH. Jamhari Abdul Jalal
Beliau Lahir di kampung yang bernam Parakan Sebaran, Kecamatan Pagaruyung, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. KH. Jamhari bersekolah SD di kampung. Dulu namanya belum SD, tetapi SR (Sekolah Rakyat). Di pagi hari biasanya beliau belajar di SD, Sedangkan pada malam hari dilanjutkan mengaji di mushalla di depan rumahnya, belajar membaca al-Quran dengan kawan-kawan sekampung.
Ketika pak kyai sudah kelas tiga, Beliau belajar di Madrasah Diniyah. Untuk bisa belajar di Madrasah Diniyah ini, beliau harus menempuh perjalanan jauh ke kampung sebelah dengan berjalan kaki, karena saat itu beliau belum mempunyai sepeda ontel. Alhamdulillah setelah kelas 6 SD orang tua beliau mendapatkan rizki sehingga dibelikannya sepeda onthel.
Setelah tamat SR dan juga diniyah, Beliau sempat melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Kanisius (Sekolah Menengah untuk Agama Kristen), namun akhirnya Beliau dipindahkan oleh orang tuanya karena khawatir terpengaruh pendidikan kristen di sekolah tersebut. Sebenarnya pada saat itu beliau berkeinginan untuk melanjutkan ke Gontor, tapi Gontor itu jauh. "Namanya juga orang kampung" kata pak kyai. Perjalanan satu hari tidak cukup. Maka pada saat itu orang tuanya, terutama ibu, melarang.
"Kalau mau ke pesantren, yang ada di sekitar sini saja. Dekat Semarang "Yang dekatlah. Nengoknya juga dekat." Akhirnya Belajarlah pak kyai di sebuah pesantren di Semarang. "Sekarang pesantrennya masih ada. Di situ ada rumah makan Sampurna, di situ ada rumah guru saya" Ucap KH. Jamhari.
Beliau belajar di situ langsung diterima di kelas dua. Sekolah dilaksanakan dari pagi sampai jam 12 siang. Pelajarannya memang tidak ada pelajaran umum. Semuanya adalah pelajaran agama, yang terdiri dari ilmu Tajwid, ilmu Akidah, ilmu Fikih, dan ilmu Nahwu.
Itu diajarkan dari pagi sampai jam 12. Ada juga pelajaran bahasa Inggris. Sampai Akhirnya Tiga tahun kemudian terjadilah peristiwa gerakan 30 September. Setelah Kejadian G 30 S Sekolah menjadi kacau. Karena banyak hal yang terjadi hingga Akhirnya ketika beliau pulang ada seseorang yang datang dan mengajak beliau pindah ke Gontor.Beliau langsung tertarik untuk masuk gontor "Ya, saya mau"jawab beliau dengan yakin. Kemudian Di Gontor beliau mengikuti tes.
Dari 1.200 orang yang mendaftar, yang diterima hanya 300 orang, termasuk di dalamnya adalah pak kyai. Belajarlah beliau di gontor. Karena beliau sudah punya pengalaman dari pesantren sebelumnya, maka sejak kelas tiga di Gontor pak kyai sudah diangkat menjadi pengurus, menjadi staf pembantu keamanan melayani santri-santri. Banyak hal yang didirikan KH. Jamhari bersama teman nya di Gontor, seperti WARAMAL (Warung Amal), Trayek Amal, dll keuntungan yang didapat dari situ digunakan untuk pembangunan masjid Gontor sekarang.
Setelah tamat sekolah beliau dan teman-temannya dikumpulkan dan masing-masing diberikan amplop. Beliau membuka amplop itu dengan gemetar. Ternyata Beliau dinyatakan masih diberikan kesempatan untuk belajar di Gontor, yaitu belajar mengajar, membantu pondok modern.