Lihat ke Halaman Asli

Kuching, Tunggu Aku: Pejuang Kesehatan (Part III)

Diperbarui: 27 Mei 2024   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengantri untuk konsultasi. (Sumber gambar: dokpri/Asyer)

Jika ada toko yang berdampingan, menjual barang dagangan yang sama, tapi harga sedikit berbeda. Toko A lebih murah, namun palayanan kasar dan ceroboh dalam melayani. Toko B, sedikit lebih mahal dari toko A, tapi pelayanannya bagus dan tidak ceroboh. Pilih mana? Sila komenatar bagi yg baca. Heee

Pernyataan di atas disampaikan oleh kenalan baru yang turut serta mengantar keluarganya demi memperjuangkan kesehatan keluarga yang sakit.

Dia berkata: "Saya akan memilih toko B, walaupun sedikit lebih mahal, karena pelayanannya bagus dan tidak ceroboh." Penulis berpikir sejenak, benar juga ya, makanya penulis melancong ke negeri seberang untuk memperjuangkan kesehatan orang tua.

Memang, sebelum membawa orang tua (ayah) yang sakit, dulu, pernah juga memperjuangkan kesehatan istri di tahun 2011, penulis juga membawa istri ke Kuching, karena pada saat itu disarankan oleh salah satu rumah sakit yang ada di Indonesia untuk dirujuk ke Jakarta.

Dirujuk ke Jakarta dengan alasan, bahwa rumah sakit yang ada di kota tersebut tidak ada dokter yang mampu untuk menangani pengobatan istri penulis.

Dengan rujukan tersebut, penulis mempertimbangkan untuk mengalihkan ke negeri seberang, Kuching, Serawak, Malaysia. Pengalihan tersebut dengan alasan: Biaya transportasi yang mahal jika harus ke Jakarta, karena harus menggunakan pesawat, dan pada saat itu mendekati bulan ramadan, ongkos penerbangan yang mahal.

Jika ke kuching, menggunakan bus antar negara, pada saat itu ongkosnya hanya berkisar Rp. 100.000,-/orang, saya dan istri Rp. 200.000,-. Jika pulang pergi Rp. 400.000,-

Dan pada saat merawat istri di rumah sakit yang ada di Indonesia, penjaga pasien sebelah istri dirawat ikut menyarankan untuk membawa istri saya ke Kuching, Serawak, Malaysia, daripada ke Jakarta.

Ilustrasi sedang sarapan di kantin rumah sakit di Kuching. (Sumber gambar: dokpri/Asyer)

Dari pengalaman bersama istri tersebut, maka penulis membawa orang tua ke Kuching, Malaysia. Tidak sekedar coba-coba untuk kesehatan orang tua.

Selama ini, dalam perbincangan penulis dan beberapa teman yang sering mengantar keluarganya ke negeri seberang untuk memperjuangkan kesehatan, ini karena faktor trust (kepercayaan) saja.

Nah, sekarang bagaimana di dalam negeri harus bisa memulihkan dan membangun rasa percaya dari masyarakat, yang sedang memperjuangkan kesehatannya di rumah sakit yang ada di tanah air.

Semoga kedepannya, rumah sakit yang ada di negeri kita, khususnya di sekitar wilayah kami berada bisa memberikan pelayanan yang bagus dengan fasilitas yang memadai dan dengan harga yang terjangkau.

Asyer Arwadi Bulan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline