Kesenian hadroh melayu, merupakan alat musik yang memainkannya dengan cara dipukul. Untuk menghasilkan suara alat musik tersebut, harus dimainkan dengan tiga orang, dengan pukulan yang berbeda. Yang biasa disebut, anak satu, anak dua, dan anak tiga.
Untuk posisi, anak satu di tengah, anak dua di sebelah kiri, dan anak tiga sebelah kanan. Barulah ketika dipukul mengeluarkan irama pukulan yang khas dari alat musik tersebut. Alat musik seni hadroh melayu tersebut, orang-orang melayu Pontianak menyebutnya Tar atau terbang.
Sejarah Kesenian Hadroh Melayu
Kesenian hadroh melayu berasal dari Yaman semenanjung Arab. Hadrah sangat erat kaitannya dengan Agama Islam. Jadi Kesenian hadroh melayu sebuah kesenian yang ke Islam-Islaman. Yang masuk ke Kota Pontianak bersamaan dengan masuknya Agama Islam di Pontianak Kalimantan Barat.
Ulama yang pertama kali membawa kesenian tersebut adalah Syarief Husein Al-Qadrie. Kesenian hadroh melayu yang berisikan dzikir-dzikir, yang menjadi strategi Syarief Husein Al-Qadrie dan anaknya Syarief Abdurrahman Al-Qadrie, untuk menyebarkan Agama Islam Di Pontianak Kalimantan Barat.
Segi Kegunaan
Kesenian Hadroh Melayu atau biasa disebut tar atau terbang, dengan alunan gendang yang sangat khas. Oleh orang-orang melayu di Pontianak biasanya kesenian hadroh melayu digunakan untuk, Maulidan, dzikiran, pementasan, dan sebagai pengiring arak-arakan pengantin. Lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Maulidan
Menyambut hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, yang biasa disebut Maulid/Maulud. Biasanya orang-orang berkumpul di Masjid, Surau, maupun di Rumah-rumah, Untuk membaca kitab Al-Barzanji,Tar atau terbang lah sebagai pengiring syair-syair yang terdapat di dalam kitab Al-Barzanji tersebut. Yang berisikan dzikir kepada Allah SWT dan memuji-muji Baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan alunan nada yang khas dari kesenian hadroh melayu Pontianak.