Lihat ke Halaman Asli

Cahaya Ramadhan di Bali Utara  

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Masjid Dusun Gondol Gerokgak Buleleng Bali

“Bagaimana ke istiqomahan menjalankan ibadah nanti, terlebih bulanan puasa?”. Setidaknya pertnyaan itu berkecamuk dipikiran, seketika mengetahui namaku termasuk salah satu dari 450 perserta yang lolos di pengumuman CPNS Kementrian Kelautan dan Perikanan 2015, dengan penempatan di salah satu unit kerja Kementrian Kelautan dan Perikanan yang ada di Bali Utara.

Bali yang merupakan rumah manyoritas umat hindu, sudah tentu membuatku kawatir sebagai seorang muslim. Perbedaan teradasi dari sisi agama. Menimnya masjid maupun sarana peribadatan islam lain. Kekawatiran itu segara memnggerakkan ku untuk segara mencari informasi mengenai keadaan atau kondisi di daerah dimana aku ditempatkan khususnya keberadaan muslim di Bali Utara sana.

Alhamdulilah setelah memcari info baik dari temanku yang ada di bali maupun dari “mbah google” hatiku agak lega, kerana disana cukup banyak muslim dan masjid pun pasti akan mudah di akses. Namun info tersebut belum seutuhnya menghilangkan ke kawtiranku, pikiran masih terus meraba mengenai kemudahan hidup disana sebagai seorang muslim. “Bismiilah, yakin Allah akan memudahkan”. cetusku memotivasi dan meyakinkan diri sembari mengabaikan kekawtiran. 

Minggu ke-empat April 2015, aku meningalkan Kota Surabaya tempat dimana aku belajar lebih dewasa hingga berwirausaha. Berat  rasanya, tapi ini pengabdianku untuk negara hingga meharuskanku melanjutkan “pengembaraan” hidup ke Pulau Dewata Bali. Ya, di minggu itu aku memulai tugas sebagai CPNS Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014 dengan penempatan di Kabupaten Buleleng.

Sebulan hidup di Dusun Gondol, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng yang secara geografis terletak di bagian Bali Utara membuatku terenyuh, kagum dan sangat bersyukur bahwa islam di daerah ini sangat berkembang, muslim disini adalah mayoritas. Sekolah-sekolah formal berbasis islam baik negeri maupun swasta tersedia dan sangat perkembang. Keberadaan masjdi menghiasi setiap desa, kegiatan ke-islaman pun sangat aktif di masjid-masjid. Dan yang membuatku tertegun melihat perkembangan islam disini, bahwa adanya sarana koperasi syariah untuk lebih mempermudah aktivitas ekonomi muslim disini.

Rasa syukurku bertambah dengan datangnya Ramadhan, ini adalah puasa pertamaku di Bali dengan sausana ke-islaman yang amat kuat. Muslim  disini sangat antusias mennyambut Ramadhan, masjid-masjid “ber-solek”, pasar dadakan di pinggir-pinggir jalan pun bergeliat menyediakan kuliner buka puasa. Muslim yang menunaikan solat tarawih memenuhi masjid-masjid, bahkan tadarus dari pengeras suara di masjid-masjid dilakukan tidaknya setelah solat tarawih tapi juga pertiga malam hingga waktu imsyak, setelah asyar hingga menjelang waktu buka. Padahal disini Bali, bagaimana pun masih banyak umat hindu dan pure-purenya.

Tapi itu lah realita, sepertinya urgensitas  toleransi sudah sangat mereka (umat muslim dan hindu) pahami dan diperaktekkan dengan benar. Meski muslim disini adalah pendatang dari beberapa daerah bugis, jawa dan sebagian besar Kepulaun Madura. Umat hindu sangat welcome dan sangat menghormati datangnya bulan Ramadhan. Pausa pertamaku di Bali ini benar-benar masih serasa di Jawa. Suasana, tradisi dan semaraknya dalam menyambut dan menjalankan tidak jauh berbeda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline