Lihat ke Halaman Asli

Jadi Oposisi Sejati seperti Ibu Megawati

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Anak kampung mau nyalonkan Presiden BEM-J (Bandan Eksekutif Mahasiswa Jurusan)” bagitulah kurang lebih ejekan sebagian temen2ku. Aku tak marah dengan ejekan tu karena aku menganggap, mungkin mereka lupa kalau negeri ini negeri demokrasi, siapa aja orangnya mempunyai hak untuk mencalonkan sebagai pemimpin selagi realistis baik nyalonkan sebagai Presiden, Gubenur, Bupati dan Kepala Desa apalagi hanya Presiden BEM yang lingkupnya universitas. Anjing menggonggong khafilah pun berlalu….

Berbekal dari pengalaman selama 2 semester aktif di salah satu gerakan organisasi keislaman yang ada di kampus, aku memantabkan langkah untuk maju sebagai salah satu calon Presiden BEM-J, emang tak banyak yang memberikan dukungan tak seperti Bapak Beye ketika nyalonkan Presiden RI hehe,,,,.

Mungkin karena Bendera ku dari gerakan keislaman, jadi meraka (mahasiswa di jurusanku) kurang tertarik untuk mendukungku, entah kenapa??? di jurusanku gerakan ke-islaman agak dipandang sebelah mata, persis seperti Partai Islam yang ada di negeri ini, kurang mendapatkan simpati  rakyat meski kenyataannya manyoritas rakyat negeri ini muslim. PPP, PKB, PAN, PKS dll mentok hanya diurutan 4 sejak PEMILU jurdil di gelar di negeri ini.

Namun minimnya dukungan padaku tak membuat aku patah arang, “sekali malangkah tak boleh berhenti, wajib dituskankan langkah ini…!” janjiku kala itu. Proses pencalonan sampai memilihan pun berjalan lancar melawan salah satu calon yang sangat populer dan aktivis senior di jurusanku. Kalau aku ibaratkan lawanku itu kayak Jokowi (PDIP) di Pilkada DKI kemaren,  jauh di unggulkan daripada  calon2 lainnya.

Alhasil dialah yang memenangkan pemilihan Presiden BEM-J, aku pun harus berbesar hati layak Ibu Megawati Soekarno Putri yang kalah sampe dua kali melawan Pak Beye yang sangat istimewa itu. Aku pun menjelman seperti Ibu Megawati manjadi oposisi terhadap berjalannya pemerintahan BEM-J di jurusanku.

Tawaran untuk menjadi Ketua Depag (Departemen Agama) BEM-J pun aku tolak, “ maff, mungkin posisi Ketua Depag itu baik, tapi lebih baik kalau aku di luar kabinet mu” bagitulah kira2 jawabab ku saat ditawarin posisi itu,  hehe,,, jawaban yg sok politikus.

Sebenarnya bukan aku tak ingin menempati posisi itu, namun demi belajar bagaimana berdemokrasi dengan baik aku lebih memilih jadi oposisi, oposisi sejati yang selalu mengkritisi secara konstruktif terhadap berjalannya roda kepemimpinan dalam sebuah kehidupan berdemokrasi. Bukan berkoalisi, kemudian hanya berbedaan yang terjadi seperti pemerintahan yang terjadi saat ini.

Aku banyak belajar dari Ibu Megawati bagaimana menjadi politikus. Meski aktif dipergerakan islam tapi aku tak malu untuk belajar berpolitik dari seorang tokoh nasionalis sejati. Beliau adalah tokoh yang kuat dalam kehidupan ber-demokrasi di negeri ini. Teguh dalam komitmen, kritis terhadap setiap kebijakan yang tak menguntngkan rakyat.

Semoga beliau lebih lama lagi berkiprah dalam perpolitikan negeri ini, agar lebih banyak negerasi bangsa yang ter-inspirasi dari cara berpolitiknya. Aku pun akan terus banyak belajar dari beliau sebagai bekal untuk kepemimpinan masa depan setidaknya kepimimpinan dalam rumah tangga, atau pemerintahan setingkat Kabupaten karena aku bercita2 jadi Bupati hehe,,. Siapa tau anak dari keluarga TKI bisa jadi Bupati,, Amennnn….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline