Saya, Muhammad Aska Imanika, adalah anak kedua dari dua bersaudara. Asal saya dari Pemalang, dan saya merupakan lulusan SMK Takhassus Al-Qur'an Wonosobo. Di sini, saya ingin menceritakan bagaimana saya bisa masuk ke Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Begini ceritanya...
Saat saya masih duduk di kelas 3 SMK, tepatnya ketika ujian-ujian praktek yang merupakan syarat kelulusan mulai berlangsung, keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan mulai muncul. Dengan hanya bermodal tabungan sebesar 700 ribu rupiah dan semangat juang dari teman-teman yang tekun belajar Try Out untuk Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK), saya pun mulai penasaran dan ikut belajar bersama mereka.
Sebelumnya, saya dan teman-teman sudah pernah mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Saat itu, saya memilih Politeknik Negeri Semarang (POLINES) dengan program studi Teknik Mesin dan Elektro, yang memang menjadi minat saya. Saya sangat berharap bisa diterima di universitas impian tersebut, namun sayangnya, takdir berkata lain. Saya tidak lolos seleksi dan saat itu saya merasa sangat putus asa, hingga sempat terpikir untuk tidak melanjutkan kuliah.
Namun, teman saya yang gigih belajar Try Out terus menyemangati saya. Seiring berjalannya waktu, saya kembali mendaftar UTBK dengan harapan yang sama, yaitu masuk ke POLINES. Ketika pengumuman UTBK keluar, saya merasa sangat menantikan hasilnya, tetapi untuk kedua kalinya saya merasa kecewa karena kembali gagal.
Hari demi hari berlalu, dan tiba waktunya pendaftaran Ujian Mandiri di POLINES. Pada saat itu, saya merasa ragu, apakah harus mendaftar atau tidak. Namun, dengan sisa tabungan yang semakin menipis dan dorongan tekad yang kuat, saya akhirnya memutuskan untuk mendaftar. Sayangnya, hasil yang saya dapatkan tetap tidak sesuai harapan. Lagi-lagi saya gagal diterima, dan saat itu saya benar-benar pasrah, berpikir untuk tidak melanjutkan kuliah.
Namun, dorongan dari keluarga, terutama saudara dan orang tua, yang terus menyemangati saya agar tetap berkuliah demi masa depan yang lebih baik, akhirnya membuat saya berpikir ulang. Mereka mengatakan bahwa masa depan yang cerah tidak hanya ditentukan oleh kuliah, tetapi oleh semangat juang dan usaha kita sendiri.
Akhirnya, saya disarankan untuk mengikuti UM-PTKIN. Pada saat itu, saya tidak begitu berminat pada jurusan apapun. Namun, saya memilih tiga prodi. Yang pertama adalah prodi Tasawuf dan Psikoterapi di UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri, yang kedua Pendidikan Agama Islam di UIN Walisongo, dan yang ketiga Hukum Keluarga Islam di UIN Salatiga. Dari hasil tes tersebut, saya diterima di UIN Saifuddin Zuhri pada prodi Tasawuf dan Psikoterapi.
Meskipun pada awalnya saya merasa sedikit kecewa karena tidak mendapatkan pilihan prodi yang benar-benar saya inginkan, pada akhirnya saya merasa sangat bersyukur. Saya percaya bahwa diterimanya saya di prodi ini mungkin menjadi jalan menuju keberuntungan bagi masa depan saya.
Demikianlah cerita saya tentang perjalanan menuju prodi Tasawuf dan Psikoterapi. Terima kasih.
Kesimpulan
Perjalanan hidup seringkali penuh dengan tantangan dan kekecewaan, seperti yang dialami oleh Muhammad Aska Imanika dalam usahanya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Meskipun mengalami beberapa kegagalan dalam seleksi masuk universitas yang diinginkannya, Aska tidak menyerah. Berkat dorongan dari keluarga dan teman-teman, ia terus berusaha hingga akhirnya diterima di prodi Tasawuf dan Psikoterapi di UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri. Walaupun pada awalnya jurusan tersebut bukanlah pilihannya, Aska tetap bersyukur dan melihat kesempatan ini sebagai sebuah keberuntungan dan jalan untuk masa depan yang lebih baik. Kisah ini menunjukkan bahwa kegigihan, dukungan orang terdekat, serta sikap menerima takdir dengan lapang dada adalah kunci dalam menghadapi rintangan dan meraih keberhasilan.