Setelah melalui perjalanan waktu yang lumayan panjang dan melelahkan, saya pun menemukan dan mengenal sejumlah ruang. Sewaktu masih anak anak dan remaja, hanya mengenal ruang matematika (ruang geometris). Dan diketahui, ternyata ada ruang ruang lain didalamnya, seperti ruang imajiner, ruang sosial, dan seterusnya. Benar benar dasyat dan bermaknanya keberadaan ruang dalam kehidupan kita sebagai ummat manusia, wakil Tuhan dimuka bumi, khalifatullah fil ardh.
Suatu sore, saya sempat mampir diruang terbuka (RPTRA), diwilayah Kemayoran, Jakarta pusat. Diruang terbuka itu, lumayan penuh dikunjungi oleh anak anak, remaja, dan juga orang dewasa. Terungkap diruang itu, warga masyarakat Jakarta, merdeka mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Tak jauh dari ruang itu, terpapar sejumlah warung warung kecil, yang siap melayani para pelanggan, sekedar melepaskan lelah untuk meminum air es segar, atau teh dan kopi panas.
Kedai itu, tampak lumayan mengganggu psikologi saya untuk mampir, memesan kopi hitam pekat panas, untuk menemani rokok kretek yang telah lumayan lama bersabar berada didalam saku kemeja atas, untuk segera dinyalakan melepaskan atom atom keudara lepas dan kembali menyapa dan bercengkerama dengan atom atom lainnya.
Ketika hendak menyalakan sebatang rokok kretek, tiba tiba ada seseorang menyapa dan menyentuh pundak belakang. Saya pun reflek menoleh kebelakang. Dan diketahui, orang itu adalah seorang kawan lama didunia kesenian. Kawan itu memperkenalkan kawan yang bersamanya. Ternyata beliau adalah seorang vokalis Group band populer dan ternama di belantika musik pop Indonesia, era tahun 80-90 an, sezaman dengan Group Java Jive, dengan vocalisnya, Fathur, dari Bandung, Jawa Barat.
PENGAMEN TAMBORINE
Ruang kedai itu, seketika berubah suasananya, lantaran lumayan banyak peristiwa terungkapkan. Peristiwa masa lalu, dan masa kini, yang dialami seorang vocalis band TAMBORINE, bernama Rizal Martin, atau lebih akrab disapa dengan nama Petet. Petet adalah nama yang dilekatkan kepada dirinya, lantaran memiliki mata yang sipit, seperti warga keturunan Tionghoa, China.
Menjadi vocalis band, adalah bukan suatu yang menjelma seketika, melainkan lumayan banyak peristiwa yang harus dilaluinya. Dirinya, terpaksa harus mengamen dari satu jalan kejalan lainnya, hingga akhirnya bertemu dengan pengamen pengamen lainnya di Kota Bandung. Dirinya, masuk kedalam komunitas pengamen itu. Dan mendapatkan lokasi tempat untuk mengamen dengan jadwal yang telah ditentukan, atau disepakati bersama.
Menjadi pengamen adalah suatu hal yang diluar dugaan. Ia terpaksa menjadi pengamen untuk menutupi biaya kuliah, biaya kost, dan juga makan, selama di Bandung. Dirinya, mengambil fakuktas hukum di Universitas Bandung, mengikuti jejak dan keinginan orangtuanya, yang memikiki latar belakang pendidikan akademis dibidang hukum. Dan salah seorang saudaranya, diketahui telah menjadi orang kepercayaan punawirawan jenderal Prabowo Subianto.
Keberuntungannya ialah saat dirinya bertemu dengan seorang wanita disuatu tempat makan. Perempuan itu tertarik dengan suaranya, dan mengundang dirinya dan juga teman temannya (Group Band Tamborine) ke Jakarta, untuk melakukan rekaman suara (REMAKO). Sukses. Dirinya dan kawan kawannya mendapatkan kontrak rekaman dan pembuatan video klip musik yang ditangani Rizal Mantovani, di Bali.
Masanya, sudah berlalu. Beberapa kawannya telah tiada tak lama setelah Group Band nya sedang berada dipuncak blantika musik pop Indonesia, terutama di Radio SK, Manggarai, Jakarta Selatan. Menyseuaikan dengan zaman, Rizal, punq membuat akun Tik tok, untuk mengekpresikan kemampuan dan juga hobbinya, menyanyi. Dan akunnya, lumayan banyak yang menyerbu dan lumayan banyak yang mengikutinya.