Lihat ke Halaman Asli

Aswin

Setiap waktu adalah kata

Lullaby Hotel, Dimana Pintu Diketuk Terbuka Kesadaran Penuh

Diperbarui: 3 Desember 2023   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puluncuran Buku Puisi LULLABY HOTEL, Karya : Irawan SW,  di PDS HB Yassin, 02/11/23. Foto :Asof

Sadar atau tidak, kita ummat manusia modern (secara umum) dipelbagai negara, tak terkecuali Indonesia, kurang, dan bahkan boleh dikatakan telah kehilangan kesadarannya atas realitas kehidupannya. Fenomena itu, dianggap sebagai konsekwensi dari kehidupan ummat manusia berskala global yang berwawasan (cenderung) kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga telah melahirkan individu individu yang atomis, split, fragmentaris, dan tidak utuh. 

Manusia modern lebih mengenal dan dekat pada dunia kebendaan (materi), dan bukan pada aspek kemanusiaan dan ke-Tuhanan. Exampleir : Ketika bangun tidur, manusia modern akan lebih dahulu menyentuh dunia benda (handphone), daripada menyebut asma Tuhan (membaca doa bangun tidur). Manusia modern telah terasing dan mengasingkan dirinya dari kehidupan keluarga dan orang orang disekitarnya. Algoritme kemanusiaan (secara tidak sadar) telah dirubahnya secara ektream menjadi algoritme pesan, gambar, dan film didalam telepon genggam (handphone). 

PINTU KESADARAN

Aku berpikir, maka aku ada. Begitu kata filsuf barat, Rene Descartes. Keberadaan kita manusia dan alam semesta, dan Tuhan Yang Maha Esa, lahir karena kesadaran kita. Kesadaran kita terhadap realitas kehidupan dialam semesta ini, harus diupayakan untuk selalu dirangsang dan dimunculkan, agar menjelma suatu kehidupan yang lebih baik lagi. Yakni suatu kesadaran kita atas realitas "Kemanusiaan dan KeTuhanan".

Lemah kesadaran. Apalagi sampai hilang kesadaran kita terhadap realitas kehidupan, maka kita dianggap sebagai manusia yang gagal : mayat mayat hidup, mayat mayat yang bergentayangan didalam ruang rumah tangga, ruang perkantoran, ruang kebangsaan, dan seterusnya. Manusia yang hanya berbentuk jasad, dan tidak memiliki ruh. Manusia yang (tanpa sadar) telah menjerumuskan dirinya kedalam kehidupan dunia yang serba materi. Membangun peradaban dan bukan kebudayaan, seperti kehidupan dimasa sejarah penguasa zhalim, Fir'aun. Dimana dimasa itu, manusia (rakyat) harus tunduk pada Fatsoen kekuasaannya. Manusia (rakyat) dikekang kemerdekaannya : Kemerdekaan untuk ikut menentukan arah kebijakan politik dan kekuasaan, kemerdekaan untuk mengemukakan pendapatnya mengenai upah kerja dan seterusnya. 

Lullaby Hotel adalah suatu buku puisi yang berbicara tentang kesadaran atas realitas kehidupan manusia tentang Kemanusiaan dan KeTuhanan. Dalam buku itu, terungkap suatu ralitas kehidupan sang penulis yang digambarkan dalam suatu hotel. Suatu ruang geografis terbatas menjadi ruang greografis tak terbatas, global dan universal. Penulis berusaha memotret realitas kehidupan manusia dari satu pintu kepintu hotel. Dengan mengetuk setiap pintu itu, terbukalah kesadaran dirinya terhadap realitas kehidupan yang dilaluinya, realitas kemiskinan, realitas penyimpanan perilaku seksual, dan seterusnya. 

Kesadaran adalah suatu  pemberian-Nya. Dengan pemberian-Nya itu, kita manusia dihimbau dan dianjurkan untuk dapat mengelolanya secara optimal dan baik dalam kehidupan sesama manusia, sesama alam semesta, dan kepada pencipta-Nya, Tuhan Semesta Alam. "Tidaklah kami menciptakan manusia dan jin, terkecuali untuk beribadah kepada Ku". (Quran). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline