Indonesia berduka. Belum selesai pengungkapan dan pembuktian kasus Duren Tiga, Jakarta Selatan, dan OTT terhadap sejumlah hakim oleh KPK, tepat diawal satu Oktober 2022, sekitar 150 putra dan putri Indonesia berguguran di Stadion Sepakbola Kanjuruhan, Jawa Timur, diduga pemicunya adalah semburan gas air mata.
Sejumlah pecinta sepakbola tanah air melakukan tabur bunga disekitar stadion Kanjuruhan, Jawa Timur. Berbeda peristiwa di Jawa Timur, di Jakarta, elit Partai Nasional Demokrat, mendeklarasikan calon presiden pilihannya, Anies Baswedan. Seorang elit Partai Nasdem, Surya Paloh, berusaha meyakinkan publik tanah air terkait dengan pilihannya itu.
Terlepas dari suatu diksi dan kalkulasi politik praktis yang kian memanas dan cenderung prakmatis itu, rakyat masih didera penderitaan. Boleh dikatakan, selama kurang lebih delapan tahun, harapan rakyat ditelantarkan. Dan rezim berkuasa, terlihat lebih mesra dengan para oligarki direpublik ini.
Apakah Anies Baswedan adalah sosok yang pas untuk memimpin Indonesia kedepan. Nampaknya, terlalu dini untuk mengidentifikasinya. Karena setiap elit partai memiliki ukurannya sendiri terkait pemimpin Indonesia kedepannya. Sementara rakyat tak diberikan kesempatan untuk mencalonkan pemimpin masa depannya, lantaran dibegal oleh kaum oligarki dengan ambang batas 20 persen suara di parlemen.
MUNGKINKAH SANDIAGA KEMBALI
Jika berbicara Anies Baswedan, maka akan terkait erat dengan seorang sandiaga, eks wakil gubernur Jakarta. Siapa yang tak mengenal sosok Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno BB. MBA, atau lebih akrab disapa Bang Sandi. Beliau adalah seorang pengusaha berdarah Gorontalo. Putra dari pasangan Razif halik Uno dan Mien Uno.
Menurut silsilah keluarga ayahnya, leluhur Sandiaga Uno memiliki klan Uno Monoarfa, yang merupakan bagian dari keluarga besar kesultanan Gorontalo. Eks Wakil Gubernur DKI jakarta, yang didaulat menjadi Menteri-Kepala Badan Parawisata dan Ekonomi Kreatif itu, memiki kecakapan dalam berpolitik praktis di Indonesia. Tak kalah dengan para senior seniornya. Sehingga tidak mengherankan jika dirinya dikenal sebagai politisi muda yang mumpuni.
Sandiaga adalah seorang politisi yang mumpuni dan mampu bersaing dengan para politisi yang lebih dulu-mendahuluinya didalam kancah perpolitikan nasional. Kemampuan dialektika berpolitiknya mampu memikat publik. Dan diitambah lagi dengan penampilannya yang smart dan milineal, diyakini akan mampu memikat dan menyedot perhatian publik tanah air, terutama dari kalangan anak anak muda (kaum milineal) ditanah air.
Namun demikian, pertanyaan pun muncul kepermukaan publik : Dimanakah Sandiga berada pada pemilu 2024 ? Apakah akan berada dalam pusaran politik dan kekuasaan, dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden 2024, menyusul nama nama lainnya yang terlanjur menghiasi ruang publik tanah air, seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Puan Maharani? Suatu pertanyaan yang sederhana, namun sulit untuk mendapatkan jawabannya, lantaran begitu fluktuatifnya setiap saat, serupa nilai perdagangan di bursa saham. Jual dan belinya tergantung pada selera elit elit partai politik, dan bukan selera rakyat. Meskipun rakyat menginginkannya, namun jika elit elit partai politik tidak menginginkannya, maka "percuma aja". Menjadi letupan angin. Kosong.
Sebagai komparasi saja. Saya mengenal seorang Sandiaga itu bukan sebagai mitra usaha atau pengusaha, melainkan sebagai seorang marginal yang memiliki kesempatan bertemu dan mengenal dirinya dalam konteks Pilkada DKI Jakarta, 2017-2022. Untuk menghindari calon tunggal Ahok, Sandiaga diberikan kesempatan untuk melakukan sosialisasi diruang publik Jakarta, untuk mendongkrak popularitasnya, supaya dapat bersaing dengan cagub Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Dan saya bersama kawan kawan mencoba dan berusaha untuk membantu sosialisasi Sandiaga diruang ruang publik Jakarta, melalui wadah Forum Komunikasi Sosial (FOKUS). dan relatif berhasil. Sandiaga pun menjadi populer diruang publik Jakarta, menyaingi seorang Ahok dan AHY.