Lihat ke Halaman Asli

Aswin

Setiap waktu adalah kata

Menahan Gravitasi Sosial

Diperbarui: 4 Mei 2022   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(gambar : Pixabay/ilustrasi)

Sadar atau tidak, Bulan Ramadhan telah pergi meninggalkan kita ummat Islam diseluruh dunia, tak terkecuali ummat Islam di Indonesia. Di bulan Ramadhan ada suatu kegiatan pencerahan didalamnya, yakni "Kegiatan Ibadah Puasa". Dan kegiatan itu adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh orang orang (Islam) yang beriman. 

Sebagaimana terungkap dalam Surat Cinta-Nya : "Hai orang orang yang beriman! Telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang orang sebelum kamu. Mudah mudahan kalian menjadi orang orang yang bertaqwa". (Quran : 2: 183).

Puasa secara bahasa bermakna 'menahan'. Sementara menurut syara, puasa berarti menahan diri dari dari hal hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit hingga terbenamnya matahari. Dengan kata lain puasa menurut syara memberikan suatu batasan waktu.

Puasa lahiriah. Sementara puasa menurut hadist qudsi : "Puasa itu adalah untuk-Ku. Dan kelak Aku yang akan membalasnya". Puasa psikis dan spiritual. 

Dan hal tersebut, sangat relevan dengan pesan Kanjeng Rasul, "Bahwa Allah tidak akan memandang pada struktur tubuh dan materi hambanya (cantik dan tampan, jelek dan buruk wajah dan tubuh, serta kaya dan miskin, atau berpendidikan dan tidak berpendidikan). Tetapi Diri-Nya lebih memperhatikan pada struktur hati -niat dan amal perbuatannya".

"Kita baru saja memenangkan dan menyelesaikan perang kecil, "demikian ungkap Kanjeng Rasul, kepada para sahabatnya. Para sahabat pun terkejut dibuatnya (dengan pernyataan Kanjeng Rasul itu). 

Karena mereka baru saja menyelesaikan dan memenangkan Perang Besar-Badar, yang telah mengakibatkan banyak korban meninggal dunia dan luka luka yang menganga. 

"Apakah ada perang yang lebih besar setelah perang ini, "tanya sahabat? "Iya, " jawab Kanjeng Rasul. Kanjeng Rasul pun melanjutkan penjelasannya secara simbolik : "Perang melawan hawa nafsu".

PENCERAHAN SOSIAL

Puasa diyakini akan dapat membentuk individu yang tidak individualistik dalam kehidupannya, jika dilakukan secara benar dan dengan sepenuh hati, iman dan ihtisab. Karena ibadah puasa itu, menurut Surat Cinta-Nya, Quran, adalah hanya diperuntukkan atau diwajibkan bagi orang orang yang beriman. "Iman ialah ma'rifat (pengenalan), diingat dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan". (HR. Tabrani). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline