Jakarta. Suatu hari, saya menggunakan kendaran publik Transjakarta, kearah Cempaka putih, Jakarta pusat. Dan ketika kendaraan publik itu, melewati jalan raya Kwitang, Senen, Jakarta pusat, seketika lorong waktu menghisap saya kedalam masa lalu. Masa dimana saya dan seorang kawan, mampir ke toko buku Walisongo, Kwitang, Senen, Jakarta pusat, membeli buku.
Saya masih ingat masa itu adalah hari terakhir menunaikan ibadah puasa, dan malamnya adalah takbiran. Ketika itu, pusat perbelanjaan modern, seperti Matahari dan Ramayana, penuh sesak dikunjungi pengunjung untuk membeli pakaian buat digunakan pada Hari Raya Iedul Fitri. Sementara saya dan seorang kawan uangnya digunakan untuk membeli beberapa buku terbaru. Dengan bangga dirasa, saya dan kawan pun kembali pulang kerumah, tak sabar kepengen membaca isi buku tersebut.
LUKA UMMAT
Dalam satu tradisi profetik diterangkan, bahwa Malaikat Jibril, berkali kali mendiktekan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad Saw, di Gua Hira. "Iqra! Begitu Malaikat Jibril, mendiktekan wakyu-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. Dan Nabi pun berkali kali menjawabnya, "Aku tak mampu". Akhirnya, Malaikat Jibril, memeluk erat Muhammad , dan Muhammad, resmi menjadi utusan Allah, Rasulullah saw.
Sadar atau tidak ummat Islam diwajibkan untuk membaca. Membaca buku (kitab). Dan ummat Islam memiliki dua buku panduan, yakni buku Al Hadits dan buku Al Qur'an.
Membaca perjalanan Nabi Muhammad saw, sesungguhnya kita membaca perjalanan simbol simbol. Banyak simbol simbol dalam Islam yang diperkenal Tuhan melalui para Nabi dan utusan-Nya. Misalnya, ketika Nabi Ibrahim membangun Ka'bah, dan atau Nabi Muhammad, ketika membangun Masjid Nabawi dikota Medina, Arab Saudi. Rumah Allah atau Masjid adalah simbol kebudayaan dan peradaban ummat ummat kenabian dan kemanusiaan. Sehingga tidak mengherankan jika ummat Islam berhasil menguasai sejumlah Wilayah negara didunia dan kebudayaannya menjadi mercusuar dunia beberapa abad lamanya.
Sejarah mencatat, ketika Kota Mekkah tidak lagi kondusif bagi perkembangan ummat Islam, maka Nabi Muhammad dan pengikutnya keluar hijrah ke Kota Medina. Dan kedatangan Nabi Muhammad, ke Kota Medina begitu sangat dirindukan dan diharapkan oleh penduduk Medina, kaum Anshor. Suasana pengen menjamu Nabi Muhammad, begitu sangat antusias dikalangan kaum pengusaha dan bangsawan di Medina. Namun untuk tidak mengurangi rasa hormat dan mengecewakan mereka, maka dibiarkanlah seekor untuk memutuskan tempat tinggal Nabi Muhammad saw. Dan sang onta pun memutuskan ruang wilayah terbuka dan terbatas. Penduduk pendatang dan tuan rumah dengan suka rela dan suka ria membangun rumah hunian Nabi Muhammad. Dan pada hunian itu pula dibangun Masjid kelak, bernama Masjid Nabawi.
Masjid Nabawi menjadi simbol kekuatan kebudayaan dan peradaban ummat Islam. Sejumlah Isyu mengenai keyakinan, sosial, politik, hukum, dan seterusnya, dikelola secara profesional oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Profesional dalam konteks landasan hukum Allah dan hukum akal manusia diberlakukan sesuai dengan ketentuan dibawah tuntunan Nabi dan para sahabat. "Kamu lebih mengetahui tentang duniamu daripada aku " demikian Nabi Muhammad menjelaskan kepada ummatnya.
Lalu bagaimana dengan peran Masjid dimasa kini diseluruh negara mayoritas ummat Islam, terutama ummat Islam di Indonesia? Apakah keberadaan masjid sudah berperan dalam mengelola persoalan sosial, politik, ekonomi, dan seterusnya? Atau sebaliknya, Masjid hanya berperan hanya dalam urusan ritualitas semata, untuk shalat.