Lihat ke Halaman Asli

Asvi Raihan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Say No untuk Pengelabuan pada Media Sosial Instagram

Diperbarui: 10 Januari 2024   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi merupakan kegiatan dasar pada manusia. Dengan adanya komunikasi, manusia bisa saling berhubungan satu dengan yang lain pada kehidupan sehari-hari. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Ruben (dalam Muhamad, 2005:3) memberikan definisi mengenai komunikasi, yaitu Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.

Seiring berjalannya waktu, komunikasi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, dengan catatan didukung dengan perkembangan teknologi. Komunikasi dengan menggunakan media yang tujuannya sama tak lain untuk memberikan pesan dengan cara yang lebih mudah, praktis dan cepat terhadap pengguna dan penikmat media sosial, sebab bisa digunakan dimanapun dan kapanpun tanpa harus bertatap muka secara langsung face to face. Dengan adanya hal tersebut komunikasi melalui media banyak sekali gunanya, terutama dalam berkomunikasi secara massa (mass communication) yang tentunya menggunakan media masa (communicating with media) sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak.

Diera zaman saat ini, gencar sekali akan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan modern, terkhusus pada media yang digunakan khalayak dalam berkomunikasi, misalnya bertukar informasi ataupun sekedar memberikan informasi (pesan) kepada khalayak dengan membagikan foto, vidio, poster, caption, dll. Pada media sosial Instagram yang mana di platform tersebut jangkauannya sangat luas, bisa saling bertukar pesan, serta langsung bisa memberikan feedback (mengomentari, memberikan like).

 Harus diakui, berkomunikasi melalui media saat ini sudah menjadi kewajiban yang menjadi elemen penting dalam kehidupan manusia. Banyaknya media yang digunakan khalayak dalam menjalin komunikasi, pastinya memberikan keuntungan dan tantangan untuk pengguna dan penikmat. Namun, yang harus digarisbawahi ialah bagaimana kita sebagai pengguna media sosial (smart user) memiliki kebijaksanaan dalam pengelolaan media sosial secara masif dan digunakan untuk menyebarkan kebermanfaatan serta menjauhi hoaks sehingga tidak menimbulkan perpecahan.

Salah satu media yang menjadi tempat berkomunikasi yang paling populer hingga saat ini ialah pada media sosial Instagram, ia menjadi platform media komunikasi massa yang paling digemari, sebab memiliki banyak sekali kelebihan fitur yang dapat digunakan bagi para penggunanya. 

Misalnya, fitur-fitur filter yang sangat menarik digunakan, memori yang ringan, tidak cepat ngelag, dan lain sebagainya. Rasa-rasanya media sosial berbasis gambar dan vidio yang pertama kali diluncurkan pada Oktober 2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger sukar untuk ditinggalkan generasi muda sebab keunggulannya dan selalu mengupgrade aplikasi tersebut sehingga menyesuaikan kebutuhan zaman.

 Berbeda dengan media sosial lainnya, instagram memfokuskan dirinya hanya untuk berbagi foto dan video saja, dan hingga saat ini pengguna instagram telah memiliki lebih dari 100 juta pengguna. Dari platform ini, memberikan ruang bagi khalayak untuk bisa mengekspresikan dirinya, dengan mengunggah foto/vidio, berkomentar, memberi caption. Melalui simbol-simbol yang pengguna atau khalayak publish itu memberikan suatu gambaran atas pengekspresian dirinya kepada orang lain.

Berkembangnya berbagai media yang memberikan luasnya aktivitas untuk pengguna dan penikmatnya memberikan peluang aktif seharusnya bagi kita. Tidak sebaliknya, saat ini banyak media sosial dengan kecerdasan buatan (smartphone) tapi tidak didukung oleh penggunanya (stupid user). Di Instagram misalnya, banyak sekali pengguna dalam melakukan komunikasi massa, dan itu menjadikan Instagram sebagai platform yang sampai saat ini digunakan khalayak atau yang mempunyai kepentingan untuk memberikan pesan kepada khalayak. 

Tetapi dengan kebebasan dan kemudahan berkomunikasi massa di Instagram, justru memberikan kekhawatiran terhadap kedepannya. Maraknya kasus hoaks dalam media sosial yang diantaranya pada Instagram, itu menjadi salah satu masalah yang tidak sepele, karena kadang orang yang tidak paham akan isi pesan dan hanya mengandalkan intuisinya saja itu akan menjerumuskan dirinya akan pesan tidak benar itu, banyaknya kasus hoaks tersebut setidaknya 30% sampai hampir 60% orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya. 

Sementara hanya 21% sampai 36% saja yang mampu mengenali hoaks. Kebanyakan hoaks yang ditemukan terkait isu politik, kesehatan dan agama (menurut data boks). Jadi masih banyak sekali khalayak yang terjerumus pada kasus hoaks tersebut, mulai dari yang terpapar sampai yang memberikan informasi hoaks tersebut.

Meninjau berita setiap 5 tahun sekali yang selalu ramai, yaitu tentang pemilihan presiden. Pada awal tahun mendatang juga khalayak akan dihadapkan pada fenomena pesta demokrasi pemilihan presiden. Akan banyak sekali informasi, hoaks, ujaran kebencian yang membanjiri platform media sosial kita, terutama di Instagram, yang mana kita harus berhati-hati dan menyaring jenis informasi publik terkini. Hoaks didefinisikan sebagai usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu (Rahadi, 2017b). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline