Lihat ke Halaman Asli

A. Sultan Agung

Mahasiswa | Citizen Journalism

Ambisi Mewujudkan Mimpi Orang Lain

Diperbarui: 20 Juli 2022   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Depresi/A.Sultan Agung/

Banyak manusia yang hidup menggunakan topeng keterpaksaan dan berpura-pura menjadi orang lain agar mereka tetap diakui dan terlihat keren. 

Dalam buku "Berdamai dengan Diri Sendiri" karya Muthia Sayekti, fenomena yang membuat seseorang selalu menggunakan topeng, biasanya disebabkan oleh rasa khawatir yang berlebihan.

Terjelembab dalam lubang depresi karena merasa dirinya tidak seberhasil orang-orang disekitarnya dan menciptakan visi yang tidak sesuai dengan kata hatinya. Mereka terlalu meratapi kekurangannya dan lalai bahwa mereka memiliki potensi dan visi hidup sendiri.

Goleman menjelaskan bahwa big picture thinking dan long term vision adalah hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan agar hidup kita terarah. Visi merupakan awal masa depan yang dicita-citakan. 

Visi dapat dilahirkan dari proses manifestasi berpikir kreatif kekuatan imajinasi. Taylor dan Wacker, dalam Visionary's Handbook, menjelaskan bahwa untuk membingkai visi pembentukan masa depan bibagi menjadi di lima tahapan, yakni keberanian, keberuntungan, kompleksitas, kontaminasi, dan faktor-faktor yang tak terkendali.

Menjadi Manusia Otentik dan Menciptakan Visi Hidup Sendiri

Fritz Perls berpendapat bahwa, orang yang tidak bisa menjadi otentik akan merasakan kehampaan dan mengorbankan diri mereka sendiri demi mewujudkan kebahagiaan orang lain. Kondisi ini dikenal sebagai neurosis, dimana orang akan melarikan diri dari dirinya sendiri. Berani menerima kekurangan dan menjadi diri sendiri adalah obat untuk mengobati neurosis.

Untuk menjadi manusia otentik, Mike Robbins dalam bukunya "Be Yourself, Because Everyone Is Already Taken" menjelaskan bahwa ada lima prinsip dasar yang diperlukan jika seseorang ingin menjadi otentik, yaitu kenali dirimu, ubahlah rasa takutmu, ekspresikan dirimu, beranikan diri (beranilah), lalu rayakan siapa dirimu. 

Paulo Coelho juga mengungkapkan bahwa "hidup ini tidaklah untuk membuktikan apapun kepada siapapun".

Setiap manusia mempunyai jalan dan visi hidupnya masing-masing, pencapaian satu orang dengan yang lainnya pun berbeda-beda. 

Jika manusia hidup hanya mencari pengakuan orang lain, maka dia akan terus menggunakan topeng kepura-puraan karena pengakuan orang lain tidak akan pernah terpuaskan, we are in our time zone.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline