Lihat ke Halaman Asli

Cerita Cinta di Ujung Senja ( Part 3 )

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

(...........sebelumnya) Mentari pagi menyembul di balik bukit cadas yang mulai gersang, udara dingin menyelimuti kulit dan menembus tulang, embun pagi yang bergayut dalam ayunannya perlahan memudar, hembusan angin  sepoi menerpa wajah Sheila saat mulai mengayuh sepedanya menembus batas menuju sekolahnya. Sekolah yang ia banggakan, kini masuk ke tingkat yang ke dua. Yah Sheila sudah naik kelas, kini ia duduk di bangku kelas 2 SMP. Tanpa terasa setahun begitu cepat berlalu, dengan sejuta keindahan dan kenangannya ia lewati penuh cita. Gerbang sekolah yang kokoh dengan bahan batu dilengkapi pagar jeruji berwarna hitam minimalis  itupun menjadi kenangan indah  yang selalu ia melewati setiap pagi dan sore hari, menjadi saksi bisu dalam menggapai cita-citanya. Ruang kelas yang berjejer memanjang membuat huruf L itupun masih tetap seperti sebelum liburan sekolah dimulai. Yah, tembok dengan cat kekuningan membuat anggun sekolah itu. Lantai hitamnya selalu bersih, oleh sapuan pak Bon.

‘Sheil, kamu kelas apa ?’ sapa si mata elang tiba- tiba sesaat melihat Sheila memarkir sepeda itemnya.

“Belum tahu aku kan baru datang”, jantungnya seakan berdegup dengan kencang, entah kenapa setiap si mata elang mendekatinya hatinya luruh dan itu semua sudah setahun ia merasakannya, ada yang lain di hatinya.

‘kita lihat yukk, ajak si mata elang dengan tebaran senyum di bibir tipisnya.

‘ yuk, tapi tunggu teman kita mana...?” tak sempat dia menoleh tangannya sudah disambar dengan tarikan oleh si mata elang menuju tempat pengumuman kelas.

Sheil......Sheil .....kita sekelas yes... yes.... yes.....katanya dengan nada gembira penuh semangat. Binar matanya penuh harap pada Sheila seakan mengundang bahwa sheila juga harus sepertinya...gembira bahagia dan berbunga-bunga.

Iya...kita sekelas, ucap Sheila dengan tenang di hadapanya menyembunyikan perasaan bahagianya namun tidak dapat ia tutupi dari sorot matanya yang indah. Rambutnya yangtergerai sebahu tertiup angin.

“Sheil kamu seneng gak kita sekelas’ tanyanya tiba – tiba, aku seneng banget bisa deket sama kamu terus meski kamu mungkin gak suka sama aku” katanya dengan bertubi- tubi membuat kepala Sheila menjadi pening.

Sesaat semua menjadi hening, Sheila terdiam dan lelaki bermata elang itupun terdiam duduk temenung sambil menatap kedepan jauh menerawang, tak tahu apa yang ia pikirkan. Memang tampak ada beban berat setiap ia menerawang  jauh kedepan.

“ Sheil , kamu mau gak kita selalu bersama- sama kalo belajar ?” tanyanya tiba-tiba. Sheila masih tetap terdiam belum mampu mengucapkan sepatah katapun dari bibirnya.
“Sheil, panggilnya, kamu kenapa kok diam gitu “

“Ahh...eng...eng nggak kok” salah tingkah jadinya di buatnya. Semua akan akan baik-baik saja. Aku harus bisa menutupi semuanya. Jangan sampai dia tau kalau aku juga menyayanginya. Untung semua itu terselamatkan karena kedatangan teman-temanku Ical, Yani Mawar dan Harmi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline