Lihat ke Halaman Asli

Membangun Literasi melalui Kegiatan Bercerita

Diperbarui: 27 Juli 2024   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc. Astuti Alawiyah

Di UPT SMPN 6 Banjit, kegiatan belajar mengajar selalu dipenuhi semangat dan kreativitas. Pada setiap awal pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, ada satu tradisi unik yang dijalankan oleh guru bernama Bu Astuti. Ia percaya bahwa bercerita adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan keterampilan literasi siswa.

Setiap hari, setelah melakukan absensi dan menyapa siswa, Bu Astuti akan memanggil salah satu siswa untuk berdiri di depan kelas. "Hari ini, siapa yang mau bercerita selama 5 menit?" tanyanya dengan penuh antusias. Suasana kelas pun menjadi hidup, dan siswa-siswa saling menatap penuh semangat, siap untuk berbagi kisah mereka.

Hari itu, giliran Hafid, siswa kelas VIII yang dikenal pendiam. Dengan sedikit gugup, Hafid berdiri dan mulai bercerita tentang pengalamannya saat berlibur ke pantai bersama keluarganya. Ia menceritakan bagaimana ia bermain pasir, mencari kerang, dan menikmati sunset yang indah. Selama 5 menit, suara Hafid semakin percaya diri, dan para teman-temannya pun mendengarkan dengan antusias. Mereka tertawa saat Hafid menggambarkan betapa lucunya adiknya yang jatuh ke dalam pasir.

Setelah Hafid selesai, Bu Astuti memberikan pujian, "Bagus sekali, Hafid! Ceritamu sangat menarik. Siapa yang ingin memberikan komentar atau pertanyaan?" Beberapa siswa mengangkat tangan, ingin memberikan tanggapan atau bertanya lebih lanjut tentang cerita Hafid. Hal ini menciptakan suasana interaktif di dalam kelas, di mana setiap siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk berbagi cerita mereka sendiri.

Minggu berikutnya, giliran Agustin, sahabat Hafid. Ia bercerita tentang kisah imajinasinya yang melibatkan petualangan seekor kucing yang bisa berbicara. Cerita Agustin membawa teman-temannya ke dunia fantasi yang penuh warna. Bu Astuti pun memberikan arahan tentang bagaimana cara menyusun cerita dengan baik, mulai dari pengenalan, konflik, hingga penyelesaian.

Seiring berjalannya waktu, setiap siswa di UPT SMPN 6 Banjit mulai menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam kemampuan bercerita mereka. Beberapa siswa yang awalnya pemalu kini tampil percaya diri, sementara yang lain mulai menulis cerita-cerita pendek di buku harian mereka. Kegiatan bercerita ini tidak hanya meningkatkan kemampuan literasi, tetapi juga mempererat persahabatan dan rasa saling percaya di antara siswa.

Setiap akhir bulan, Bu Astuti mengadakan "Hari Cerita", di mana siswa-siswa bisa membagikan cerita mereka di depan seluruh kelas dan guru-guru lainnya. Pada acara tersebut, mereka tidak hanya mendengarkan cerita teman-teman, tetapi juga saling memberikan penghargaan untuk cerita yang paling kreatif, lucu, atau menyentuh hati.

Dengan cara ini, UPT SMPN 6 Banjit berhasil menciptakan budaya literasi yang kuat di kalangan siswa. Bu Astuti sangat bangga melihat perkembangan anak-anaknya. Ia percaya bahwa dengan bercerita, mereka tidak hanya belajar Bahasa Indonesia, tetapi juga memahami pentingnya komunikasi, empati, dan kreativitas. Kegiatan sederhana ini telah menjadi tradisi yang mengubah cara siswa memandang literasi dan pentingnya bercerita dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline