Lihat ke Halaman Asli

Loyalitas

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Ah, payah lo. Giliran kayak gini  milih keluar deh, dimana loyalitas lo?"

Kata-kata Fajar menggema di ruang pikiranku malam ini.

Loyalitas? Maksudnya?

Tadinya aku tak pernah habis mengerti makna kata-kata Fajar tentang loyalitas saat aku memutuskan mengundurkan diri dari organisasi selama ini tempatku beraktifitas.

Ya, aku mengundurkan diri setelah ketua organisasi kami bertahan tak mau dilakukan pemilihan ketua baru. Padahal dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sudah sangat jelas. Masa kerja seorang ketua hanya dapat berlangsung hingga maksimal dua kali masa pemilihan. Setelah dua kali maka yang bersangkutan seharusnya legowo untuk melepas dan menyerahkan tampuk pimpinan pada ketua baru yang terpilih melalui musyawarah besar.

Dan malam ini setelah penjelasan panjang lebarnya, aku baru mengerti maksud Fajar.

"Ya, jelas lo ga loyal lah. Masa pada saat dia butuh dukungan lo malah ninggalin dia?"

Begitu katanya.

"Lho, jadi maksud lo loyalitas pada ketua?" Sahutku.

"Ya, iyalah. Selama ini kita udah digaji dan kerja sama dia. Sekarang saat dia sedang berusaha dan berjuang agar tetap menjadi pimpinan, lo malah ninggalin dia." Kata Fajar dengan sengit.

Aku hanya tertawa. Loyalitas pada pimpinan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline