Lihat ke Halaman Asli

Kabupaten Jembrana - Provinsi Bali, Mampukah Berkembang Lebih Baik...?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pulau Bali yang terkenal ke seluruh mancanegara tentang keindahan dan budayanya sudah tidak disangsikan lagi. Filosofi Tri Hita Karana yang sungguh mendalam di masyarakat, membuat Bali mampu berkembang pesat sesuai dengan perkembangan jaman. Meskipun gempuran budaya asing datang silih berganti. Kedatangan para wisatawan yang datang silih berganti, secara otomatis memberikan kontribusi besar terhadap pemasukan (baca: pendapatan daerah/salah satu nilai positif). Namun yang mengejutkan adalah penyebaran pendapatan yang tidak merata di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bali.

Kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten yang berada di bagian paling barat Provinsi Bali. Perkembangannya memang tidak secepat Kabupaten lainnya, seperti kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang berkembang sangat pesat. Namun, beberapa tahun belakangan ini Kabupaten Jembrana mampu berkembang pelan tapi pasti sesuai dengan visi dan misi Pemerintah setempat. Beberapa kalangan pun beranggapan, apakah Kabupaten Jembrana mampu berkembang seperti layaknya kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Ada anggapan yang membuat Kabupaten Jembrana tidak mampu berkembang seperti kabupaten/kota lainnya. Dikarenakan kondisi sumber daya alam yang terbatas, nilai pariwisata yang belum mampu dijual karena masalah pengelolaan, dan lainnya. Dampaknya PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil, meskipun sudah mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi atau bantuan dari Pusat melaui dana Perimbangan. Oleh sebab itu, modal yang digunakan untuk mengembangkan “pembangunan” yang progresif menjadi “terengah-engah”.

Sebagai warga asli Jembrana, saya memahami betul bahwa Pemerintah saat ini sudah melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Namun, karena “alat” pendukung yang tidak tersedia maksimal membuat perkembangan pembangunan pun berjalan tidak maksimal juga.

Banyak program atau tindakan pemerintah yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Dan rakyat Jembrana pun memahami, bahwa program yang telah dilakukan adalah program yang terbaik.

Rencana-rencana yang akan direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana, di antaranya:

1. Kawasan Berikat di Kelurahan Gilimanuk dan kawasan/Cluster industri penunjang pariwisata Bali.

Dari sudut pandang ekonomi, kawasan Gilimanuk bisa dijadikan sentra pertumbuhan ekonomi. Pembangunan terminal kargo dan Industri-industri penunjang alat-alat/material industri pariwisata Bali (baca Kecil – Menengah) bisa dibangun di kawasan tersebut sesuai dengan aspek pemanfaatan tempat atau lokasi , karena posisinya dekat dengan Pelabuhan Gilimanuk yang sibuk serta berdekatan dengan uji petik (baca: jembatan timbang) Departemen Perhubungan. Apalagi masuknya pariwisata overland (baca Jawa – Bali) bermula di Gilimanuk. Perlu diketahui, bahwa kawasan Gilimanuk mempunyai kawasan pantai yang baik untuk menyelam/diving dan snorcling ( teluk Gilimanuk/Water B) yang masuk dalam “The Guide Book of Tourism Bali”. Dengan demikian kawasan Gilimanuk pun mampu berkembang seperti Pulau Menjangan (baca masuk kawasan Kabupaten Singaraja) yang eksotik untuk dijelajahi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Oleh sebab itu, kawasan Gilimanuk adalah kawasan yang sangat strategis untuk dikembangkan. Perlu campur tangan pemerintah dan stakeholders lain agar kawasan Gilimanuk berkembang sebaik mungkin.

2. Revitalisasi Pasar tradisional di seluruh Kabuaten Jembrana.

Revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Jembrana sudah mengalami perkembangan yang baik atau sudah berjalan sesui dengan rencana. Beberapa pasar tradisional pun sudah mengalami proses revitalisasi (renovasi), seperti: Pasar Gilimanuk, Pasar Penyaringan dan Pasar Melaya. Namun program revitalisasi tersebut ada sedikit kendala, seperti yang terjadi dalam proses revitalisasi Pasar Umum Negara (baca: Paguyuban Pasar Umum Negara menolak revitalisasi pasar tersebut). Paguyuban Pasar Umum Negara dan para pedagang menolak revitalisasi pasar tersebut terindikasi ada pihak ketiga yang “mempolitsir” keadaan tersebut. Padahal, pemerintah berencana untuk merelokasi para pedagang secara layak di tempat penampungan sementara (Peken Ijo Gading). Alasan para pedagang “ogah” pindah, karena takut tidak lakunya barang dagangan mereka. Namun, di luar alasan tersebut sepertinya ada alasan yang mendukung para pedagang ”malas” untuk pindah, seperti:

* Para pedagang kurang memahami dari makna dan tujuan revitalisasi pasar tersebut.

* Para pedagang kurang memahami secara komprehensif proses revitalisasi pasar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline