Lihat ke Halaman Asli

Astro Doni

kausalitas dalam ruang dan waktu

Tina Toon: sulam bibir, 'Popular' serta pencarian identitas

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tina toon | wikimedia.org

tina toon | wikimedia.org

"I didn't mean to choose all of that, I just wanted to be beautiful like Susan. That's all." - Lucy

(Narnia III, saat Lucy melihat cermin)

Apakah cantik itu dosa?

Tidak. Cantik itu bukan dosa. Cantik itu adalah sesuatu yang mengagumkan. Saya suka melihat perempuan cantik. Perempuan cantik lebih mudah mendapat apresiasi oleh orang lain. Cantik di sini bisa wajahnya simetris, halus. Tanpa jerawat, kakinya jenjang, badannya semlohai, harum, giginya rapih, senyumnya anggun. Putih, rambutnya panjang, dadanya besar, tatapannya maut, bla bla bla, Anda bisa tambahkan sendiri.

Jadi, kalau Tina Toon, artis cilik yang sudah akil balig itu melakukan sulam bibir, itu sah-sah saja. Setiap orang berhak mempercantik beberapa bagian tubuh dan wajah sampai batas tertentu. Jadi masuk akal bila banyak pria dan perempuan menyisihkan waktu guna mempercantik fisik mereka.

Citra Tina Toon yang gemuk dan lucu kini berganti. Tina menjelma menjadi sosok gadis yang cantik, seksi, berbibir indah, 'nakal'. Woow, benar-benar tipe perempuan yang bikin penasaran. Salah satu hal yang paling menarik belakangan ini adalah keberanian Tina muncul di sebuah majalah pria dewasa. Tina melakukan sesuatu yang menjadi obsesi remaja sekarang. Menjadi terkenal karena identitas yang baru. Identitas diri yang dicitrakan seksi, menantang, dan penuh daya kejut. Sebuah romansa indah dalam benak setiap perempuan modern. Beruntung banget yang jadi pacar Tina. Hehe..

Iklan dan doktrin  materialisme

Sebagai seorang fans bolo-bolo, saya netral saja dengan keberanian Tina berpose berani di majalah Popular. Yang membuat saya penasaran adalah, dari mana asal-muasal pikiran Tina tersebut? Pikiran atau 'believe' tentang perempuan cantik dan seksi. Saya menduga hal ini adalah pengaruh doktrin materialisme.

Apa itu doktrin materialisme? Dalam terjemahan bebasnya, Materialisme adalah pandangan umum tentang apa yang sebenarnya ada. Segala sesuatu yang benar-benar ada adalah materi atau fisik. Bila melihat dari kacamata Tina Toon, cantik dan seksi adalah sesuatu yang bersifat fisik. Bisa saya lihat, saya rasakan, saya cium, saya cecap.

Lalu darimana definisi itu bermula? Saya kira jawabannya ada pada iklan. Iklan yang membombardir melalui media, membuat figur/sosok perempuan cantik sesuai estetika mereka. Cantik dan seksi menjadi obsesi yang dilebih-lebihkan. Obsesi pada bentuk tubuh yang ideal, kulit yang putih bersinar, dada yang besar, rambut yang lurus panjang, dan sifat nakal dan misterius pada perempuan. (Waduh, tulisan saya ini bakal dihabisi oleh kaum feminis ni hehehe...)

Saya khawatir, apa yang dipilih oleh Tina adalah sebuah langkah jujur. Mengapa khawatir? Karena jangan-jangan banyak remaja perempuan sana yang punya pikiran sama seperti Tina. Bahwa cantik, seksi, dan segala popularitas lain adalah jaminan kebahagiaan. Bahwa dikagumi kaum pria karena kemolekan tubuh perempuan adalah candu. Bahwa memiliki tubuh yang permai adalah tujuan di masa muda. Supaya bisa mendapat pria yang tampan, misalnya. Atau pekerjaan yang lebih baik, misal lainnya. Seperti yang secara sadar/tidak sadar diperlihatkan iklan-iklan kecantikan itu.

Baik itu iklan sabun, shampo, pembalut, pasta gigi, susu, rokok, kondom, air mineral, jus, sampai iklan sepeda motor. Lihat saja bintang iklan perempuannya. Ditonjolkan yang cantik semlohay. Sehingga gadis-gadis remaja punya definisi di alam bawah sadarnya, bahwa oh, seperti ini perempuan yang seharusnya. Sebuah perspektif semu yang berhasil menghipnotis kaum hawa.

Darah muda yang bergejolak

Apa yang dilakukan Tina dalam majalah Popular adalah realisme yang harus kita terima. Anak-anak remaja tumbuh berkembang menjadi generasi peniru. Generasi korban iklan yang kelewatan mengagungkan kecantikan. Sehingga nilai-nilai luhur yang seharusnya melekat dan berproses saat akil balig menjadi luntur. Keutamaan yang tercermin dari sikap-sikap batin seperti pengendalian diri, toleran, welas asih, hidup hemat, jujur, sopan santun, hormat pada orang tua dan sebagainya sebagainya menjadi tidak penting lagi. Semua berganti pada apa yang nampak di luar. Sesuatu yang kasat mata. Yang terlihat lewat baju, gadget, cara bicara, topik pembicaraan, kendaraan yang dipakai, jumlah follower, eksistensi di media (saya juga) dan sejenisnya sejenisnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline