Lihat ke Halaman Asli

DIA

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup seharusnya menjadi pengalaman paling indah dan aku harusnya terus belajar menikmati setiap apapun yang aku dapatkan dalam hidup ini merupakan hadiah paling berharga yang tuhan berikan padaku, tapi aku terjebak dalam suara-suara yang terus berteriak di pikiranku. Suara-suara itu membawa aku dalam kegelapan, aku jadi takut melangkah, takut bicara, takut menoleh, takut berlari, takutbahagia dan aku takut akan hidupku sendiri.

Rumah menjadi tempat paling nyaman, aku takut melangkah keluar karena suara-suara itu semakin keras terdengar. Aku terbiasa sendiri karena saat aku bersama dengan yang lainnya aku seolah menghilang dan tak terlihat dan suara itu terdengar lagi. Saat sendiri aku merasa lebih baik meskipun kadang perasaaan hampa itu datang sesekali tapi ini lebih baik daripada aku harus mendengar suara-suara itu dalam pikiranku.

Aku tahu orang-orang akan menganggapku aneh, sombong, angkuh , anti social tapi aku tidak peduli, sudah aku coba dan aku terus mencoba berulang kali melihat dunia luar tapi mereka begitu kejam hanya penuh kepura-puraan dan rasa sakitnya teramat besar untukku yang hanya seorang perempuan berhati lemah.

Aku memilih bersembunyi, berharap semua tidak melihatku dan membiarkanku berlalu begitu saja dalam kehidupan mereka. Aku tidak ingin dianggap baik dan buruk, biarkan mereka terus menebak aku manusia seperti apa tanpa aku harus menebak seperti apa mereka yang sesungguhnya karena suara itu akan datang dan menilai mereka meskipun aku tidak menginginkannya.

Aku berusaha sebaik mungkin bersembunyi agar tidak satupun menangkap sisi indahku, tapi entah mengapa dia menemukanku dengan cara yang begitu misterius dia berhasil menangkapku di matanya. Dia datang dan suara-suara itu perlahan menghilang,aku menggenggam tangannya dan suara-suara itu menghilang.

Pria itu datang dan mulai menyingkirkan suara-suara dalam pikiranku, dia datang dan membuat aku melihat dunia dengan cara yang sederhana tanpa rasa takut. Aku menatap matanya dan dia tersenyum. Semua menjadi begitu indah meski aku tidak percaya kata cinta, kata yang terus dia ucapkan dan aku tahu sebenarnya dia tidak berbohong tapi aku bermasalah dengan keyakinantentang cinta. Aku hanya merasa nyaman saat berdua tapi saat aku harus melihat dunia bukan hanya milik berdua bersamanya suara-suara itu datang kembali dan melemahkanku.

Aku berusaha kembali lari, lari dari dia dan dunianya kembali ke tempat nyamanku,zona nyamanku. Aku harus berpisah meskipun aku tak ingin. Dia menahanku danaku terus berusaha menolaknya, dia berusaha membawaku kembali melihat dunia tapi aku terlalu takut bahagia bersamanya. Aku takut rasa bahagia itu harus dibayar mahal karena rasa cinta ini menyakiti hati yang tidak ingin aku sakiti. Aku pernah percaya semua rasa optimis yang dia tawarkan tapi dunia nyata tidak seindah imajinasi khayalan. Aku takut aku yang terlalu lemah, terlalu takut mempertahankan dan akhirnya menyakiti dia lebih dalam lagi. Namun akhirnya suatu hari dia berjanji di suatu senja di pantai itu

Aku akan datang dan terus datang walaupun pengabaian itu menyakitkan hanya untuk membuktikan rasa cinta ini nyata. Setiap bentuk penolakanmu adalah bukti kamu terus berusaha melupakanku dengan mengingatku itu artinya kamu mencintaiku

Dan seperti janjinya dia terus-menerus datangmeskipun aku terus menolaknya,menyakiti hatinya,dia tetap kembali dengan senyuman dan rasa cintanya. Aku tahu aku akan luluh, kenangan itu terlalu kuat. sekali saja dia melihat mataku dia akan tahu betapa besar rasa cinta yang aku miliki untuk dia, Sekali saja dia memelukku dia akan tahu aku berbohong bila aku mengatakan aku tidak mencintai dia,dan sekali saja dia berhasil menciumku aku tahu aku tidak bisa berbohong lagi betapa aku merindukan dia.

Mungkin sudah saatnya percaya bersama dia meskipun suara-suara itu akan mencoba datang kembali, aku akan baik-baik saja dan aku tidak perlu lagi bersembunyi karena dimanapun aku bersembunyi dia pasti akan menangkapku di matanya dan membuatku aman bersamanya, karena dia sekarang adalah rumah tempat aku selalu pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline