Lihat ke Halaman Asli

Astri Febrianti

Astri Febrianti

Mempertahankan Pertemanan dengan Dasar Komunikasi Islami

Diperbarui: 16 Januari 2022   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jakarta - Manusia merupakan makhluk sosial dan tentunya saling membutuhkan satu sama lain, meskipun kita memiliki segalanya tapi tetap saja membutuhkan orang lain didalam hidup kita. Dalam lingkungan keluarga, bertetangga maupun berteman, manusia juga tentunya melakukan komunikasi dengan berinteraksi dan berinteraksi. Allah juga sudah menciptakan umatnya dalam berpasang -- pasangan dalam persahabatan, suami istri maupun keluarga. Karena sesungguhnya manusia tidak mampu hidup sendiri, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al Hujrat/49;13 :

 " Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan versuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal."

Kita juga harus bisa untuk mengatur pola hidup kita dalam bersosialisasi, karena pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan seseorang itu memiliki dampak yang cukup besar. Pertemanan dapat terjalin dari hal -- hal kecil, misalkan memiliki hobi yang sama, satu frekuensi, diperkenalkan dari teman ke teman dll. Cangkupan dalam pertemanan itu luas dan biasanya seseorang yang senang dan mudah dalam bersosialisasi itu memiliki banyak teman. Namun pengaruh dalam pertemanan tentunya ada baik dan buruknya, maka dari itu harus mempunyai pendirian dalam diri sendiri. Karena jika tidak punya pendirian sangat mudah untuk terjerumus ke dalam hal-hal buruk misalkan. Jadi carilah teman yang dapat membuatmu menjadi lebih baik, karena jika kamu mengikuti jejak dalam pertemanan yang buruk itu akan merugikan dirimu sendiri. Pintar -- pintar lah dalam memilih lingkungan pertemanan yang baik.

Dalam Islam pun sudah dijelaskan di dalam hadist Rasulullah saw bersabda :

" Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu diibaratkan sebagai seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungi akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenani pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari).

Maka dari itu pandailah dalam mencari teman, tidak hanya itu jika kita sudah memiliki lingkup pertemanan bahkan sampai bersahabat harus memiliki adab. Adab dalam pertemanan itu sangat penting terutama untuk mempertahankan hubungan yang sedang terjalin. Adapun adab dalam pertemanan yaitu menghormati setiap keputusan yang dipilihnya kalaupun itu tidak benar tegurlah dengan sopan agar tidak tersinggung, jagalah lisan dalam berucap, hargai setiap usaha yang sudah dilakukan berilah pujian jika perlu, jangan memotong pembicaraan jika sedang berbicara, fokuslah ketika temanmu sedang berbicara, bersikaplah dengan ramah dll.

Jika sudah terlanjur masuk kedalam lingkungan pertemanan yang toxic lebih baik tinggalkan. Namun terkadang orang takut untuk meninggalkan sebuah lingkup pertemanan yang toxic, karena takut bagaimana jika tidak punya teman. Jangan takut untuk meninggalkan hal buruk yang dibenci oleh Allah swt. Karena sesungguhnya Allah sudah menjamin hidupmu. Jika sudah terjalin sebuah hubungan pertemanan atau bahkan sampai bersahabat, bersama-sama lah untuk berjuang di jalan Allah swt untuk mencari ridha-Nya.

Dalam pertemanan juga tentu nya ada saja perbedaan pendapat yang membuat menjadi bertengkar. Diskusikan lah dengan sahabat atau temanmu dengan baik dan tidak menyinggung perasaan satu sama lain, karena Allah tidak menyukai pertengkaran terutama jika bermusuhan lebih dari 3 hari. Cari lah teman atau sahabat yang mengerti keadaanmu, menemanimu dan selalu ada disaat suka dan duka, dan saling percaya satu sama lain. Dan sebaliknya kamu pun harus mengerti keadaan teman atau sahabatmu, saling menuntun untuk menjadi lebih baik agar menjadi sahabat till jannah (sahabat sampai ke surga).

Astri Febrianti

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline