Zaman dahulu hiduplah dewa dan dewi mereka melakukan kesalahan sehingga menerima hukuman yaitu diturunkan ke bumi. Namun sang dewa berubah wujudnya menjadi seekor anjing. Mereka memiliki seorang putra bernama Sang Kuriang. Mereka adalah Dayang Sumbi dan Si Tumang. Pada suatu hari Sang Kuriang pergi berburu bersama dengan Si Tumang namun sayangnya dia tak mendapatkan buruan hingga hari mulai gelap.
Sang Kuriang melihat Si Tumang yang sedang bersantai dan dia memanah Si Tumang lalu mengambil hati Si Tumang dan membawanya pulang. Sesampainya di rumah Sang Kuriang dia memberikan hati Si Tumang sebagai hasil buruannya, dayyang sumbi marah mengetahui bahwa suaminya dibunuh oleh anaknya sendiri, dia memukul Sang Kuriang dengan keras sehingga menimbulkan bekas luka yang tak akan pernah hilang dan mengusir Sang Kuriang.
Waktu terus berlalu hingga sangkuriang tumbuh dewasa dan melupakan kejadian dimasa lalu. Sang Kuriang mmenjadi sosok pria yang perkasa dan juga tampan. Suatu hari dia kembali ke kampung yang dulu ia tinggali dan jatuh cinta pada seseorang yang tak lain adalah Dayang Sumbi, ibunya. Ia ingin sekali melamar Dayang Sumbi karena dia tak mengetahui bahwa gadis yang selama ini dia cintai adalah ibunya begitupun Dayang Sumbi,
ia tak mengetahui bahwa pemuda tampan yang melamarnya adalah anaknya sampai ia melihat bekas luka yang di miliki Sang Kuriang. Dayang Sumbi berfikir keras bagaimana caranya dia menolak lamaran Sang Kuriang karena ia tak mau menyakiti hati pemuda tersebut. Akhirnya, dia memiliki cara untuk menolak lamaran tersebut dia mengajukan syarat yaitu membuat bendungan dan juga sebuah perahu besar dalam waktu 1 malam saja.
Sang Kuriang yang mendengar syarat tersebut menyetujui syarat tersebut. Ia meminta bantuan kepada teman- teman jinnya. Berkat bantuan para jin pekerjaan Sang Kuriang lebih cepat ia sudah membuat bendungan dan kerangka perahu. Dayang Sumbi mengetahui hal itu ia segera memukul lesung dan membentangkan kain merah sehingga ayam berkokok dan seolah waktu sudah pagi. Para jin menghentikan aktivitasnya. Sang Kuriang marah dan menendang perahu yang hampir jadi. Perahu itu terbalik dan sekarang menjadi gunung yang disebut Gunung Tangkuban Perahu.
legenda ini memberikan pelajaran bahwa agar kita selalu menghormati dan menuruti apa kata orangtua. Dan sayang kepada hewan peliharaan kita. Juga kita tidak boleh menuruti hawa nafsu sehingga mudah marah.dan juga memberikan kita nilai budaya Masyakat mengenang cerita ini menjadi nama sebuah tempat di jawa barat dan juga nilai Agama yaitu jangan meminta bantuan selain tuhan lebih tepatnya jangan meminta bantuan jin dan juga percintaan antara ibu dan anak dilarang karena dapat mengganggu nilai-nilai yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H